Berita

Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani/RMOL

Politik

Tak Ingin Egois, PPP Berikan Ruang Capres 2024 ke Kalangan Kepala Daerah dan Menteri Jokowi

SENIN, 29 NOVEMBER 2021 | 19:55 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Partai Persatuan Pembangunan belum sesumbar menentukan siapa calon presiden pilihannya dari kalangan kader. Padahal, partai politik lain seperti PDIP, Gerindra, Golkar bahkan PKB sudah memperkenalkan kepada publik calon presiden dari kadernya sendiri.

Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani menyampaikan bahwa PPP menyadari posisinya sebagai partai kecil, sehingga tidak memaksakan diri untuk mengusung kadernya menjadi capres di Pemilu 2024 mendatang.

Arsul menyatakan, pihaknya lebih memberikan kesempatan kepada tokoh-tokoh politik yang kini tenga aktif sebagai pejabat pemerintah untuk maju sebagai capres.


"Kenapa (PPP) tidak memaksakan (capres) dari internal? Ya kita kan harus juga memberikan kesempatan," kata Arsul di Gedung Nusantara III, Komplek  Parlemen, Senayan, Senin (29/11).

Menurut Arsul, konstitusi negara memerintahkan capres dan cawapres diusung oleh hanya parpol atau gabungan parpol. Dari situ, ada kemungkinan PPP akan berkoalisi dengan partai lainnya untuk mengusung satu pasangan calon (paslon) Pilpres 2024.

"Kalau semua partai itu suaranya mesti harus dari dalam, ya nanti yang tidak berpartai tidak punya peluang untuk jadi capres/cawapres," imbuhnya.

Arsul mengatakan ada dilema sebagai partai politik yang sampai saat ini belum mengusung kadernya untuk maju menjadi calon presiden.

"Partai kok enggak punya kader untuk mengusung capres cawapres ya jadi susah juga. Ke kanan kena ke kiri kena juga kita," katanya.

Meski begitu, anggota Komisi III DPR RI ini memandang akan ada calon dari menteri kabinet Indonesia Maju dan juga kepala daerah di tingkat provinsi yang dinilai publik cocok untuk didukung menjadi capres atau cawapres 2024/

"Yang sekarang jadi gubernur memang pantas untuk naik dicapreskan atau dicawapreskan," katanya.

Disinggung mengenai niatan PPP untuk berkoalisi dengan PDIP dan Gerindra di 2024 mendatang, Arsul menjawabnya secara diplomatis.

"Tentu kan begini, melihat gabung atau tidak gabung itu kan banyak faktor, faktornya antara lain siapa capres dan cawapresnya, kemudian bagaimana kesepakatan politiknya, kan seperti itu," tuturnya.

"Jadi kalau bicara akan gabung atau tidak, masih terlalu pagi jawabnya. Barangkali nanti ada koalisi yang lain yang tawarannya lebih menarik kan, why not?," tutupnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya