Berita

Karikatur Jaya Suprana/Ist

Jaya Suprana

Bingungologi Makna Kenyataan

SABTU, 20 NOVEMBER 2021 | 12:27 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

AKIBAT ingin mengetahui apa sebenarnya yang disebut sebagai kenyataan dalam bahasa Indonesia atau reality dalam bahasa Inggris atau realite dalam bahasa Prancis atau realidad dalam bahasa Spanyol atau realitatem dalam bahasa Latin atau wirklichkeit dalam bahasa Jerman atau entah apa dalam bahasa Swahili apalagi Duraquila, maka saya mencoba membaca apa yang ditulis oleh para tokoh ilmuwan dan pemikir seperti misalnya apa yang tersurat di dalam buku  Fundamentals: Ten Keys to Reality oleh Nobel laurate Frank Wilczek, The Story of Reality oleh Gregory Koulkl, Reality oleh Peter Kingsley, Zur Analysis der Wirklichkeit oleh Otto Liebman, Die Wirklichkeit der Welt oleh Thomas Kuehn, Reality Is Not What It Seems oleh Carlo Rovelli, What is Reality oleh Erwin Laszlo, What is Real oleh Adam Becker, Beyond Biocentrism dan The Grand Biocentric Design oleh Robert Lanza, The Magic of Reality oleh Richard Dawkins, Seeing Through Illusions oleh Richard Gregory, Meditations oleh Rene Descrates yang kesemuanya tega diobrak-abrik oleh Jim Baggott di dalam Farewell to Reality.

Bingungologi

Seperti yang sejak awal sudah saya khawatir karena saya cukup mengenal keterbatasan daya pikir, apalagi daya cerna saya terhadap apa yang saya baca, maka wajar apabila alih-alih mengerti ternyata saya malah makin tidak mengerti apa sebenarnya yang disebut sebagai kenyataan.

Akibat kemelut kebingungan makin merajalela di kalbu benak saya, maka saya memilih untuk lebih mencoba memahami makna kenyataan berdasar yang saya alami pada diri saya sendiri saja.

Akibat beberapa gangguan organik metabolistik yang menerkam diri saya sendiri mulai dari batu empedu sampai para gigi bungsu yang tumbuh bersamaan sehingga paripurna merusak keutuhan maupun kesehatan gusi saya, maka terpaksa saya menjalani operasi yang dilakukan para tim bedah perut, sekat rongga badan sampai gusi yang kesemuanya dilakukan dengan membius saya secara total.

Saya masih ingat bagaimana daya penginderaan saya secara lambat namun pasti berhenti berfungsi akibat obat bius yang disuntikkan oleh dokter anastesi ke dalam tubuh saya.

Pada saat segenap daya penginderaan saya terbius total, maka berhenti berfungsi secara total itu maka saya kehilangan kesadaran terhadap kenyataan. Tidak ada yang saya lihat, dengar, cium, raba bahkan sama sekali tidak ada yang saya rasakan.
 
Nirsempurna

Pada saat segenap daya penginderaan saya lenyap itu serta-merta apa yang disebut sebagai kenyataan juga ikut lenyap secara paripurna dan sempurna. Maka untuk sementara ini saya memberanikan diri menarik kesimpulan secara organolelptik subyektif diri saya sendiri bahwa pada hakikatnya kenyataan adalah sesuatu yang saya lihat, dengar, cium, raba dan rasa sesuai dengan daya penginderaan saya.

Saya sadar bahwa kesimpulan saya terhadap apa yang disebut sebagai kenyataan memang bukan konsepsual namun kontekstual subyekfif terkait pada kesadaran diri saya sendiri. Sementara kesadaran saya terkait pada daya penginderaan diri saya sendiri.

Tanpa perlu diragukan, jelas bahwa kesimpulan saya tidak sempurna sebab saya manusia maka mustahil sempurna sama tidak sempurnanya dengan Dawkins, Lanza, Rovelli, Kuehn, Descrates, Wilczek, Gregory, Einstein, Hawking, Baggott atau siapa pun juga di metaverse ini.

Maka, mohon dimaafkan bahwa wajar kesimpulan saya tentang apa yang disebut sebagai kenyataan pada kenyataan memang ternyata nirsempurna. Serta mustahil akan berhasil sempurna sampai hayat berhenti dikandung badan saya sendiri.

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

Karangan Bunga untuk Ferry Juliantono Terus Berdatangan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:24

Jejak S1 dan S2 Bahlil Lahadalia Tidak Terdaftar di PDDikti

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:30

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

UI Buka Suara soal Gelar Doktor Kilat Bahlil Lahadalia

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:21

Hikmah Heboh Fufufafa

Minggu, 20 Oktober 2024 | 19:22

Begini Kata PKS Soal Tidak Ada Kader di Kabinet Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024 | 15:45

UPDATE

DPR Sambut Baik Upaya Indonesia Ingin Gabung BRICS Plus

Senin, 28 Oktober 2024 | 05:53

Divonis 20 Tahun Penjara, Pelaku Pembunuhan di Subang Ajukan Kasasi

Senin, 28 Oktober 2024 | 05:37

Asupan Protein Ikan Pegang Peran Penting Gizi Rakyat

Senin, 28 Oktober 2024 | 05:15

Fraksi PKS Dukung Visi Swasembada Pangan dan Energi Prabowo

Senin, 28 Oktober 2024 | 04:58

Aksi Heroik Kapal Bakamla

Senin, 28 Oktober 2024 | 04:46

Lahan Tembakau Blora Berkembang Pesat, Petani Sejahtera

Senin, 28 Oktober 2024 | 04:03

Bermain Imbang 0-0 Lawan Australia, Timnas U-17 Pastikan Lolos Piala Asia

Senin, 28 Oktober 2024 | 03:50

Bukit Tidar yang Penuh Kenangan

Senin, 28 Oktober 2024 | 03:24

DPD Dorong Lemhanas Bikin Film Bertema Patriotisme

Senin, 28 Oktober 2024 | 03:08

Pakar Hukum Endus Ada Pengkondisian Kasus Denny Indrayana

Senin, 28 Oktober 2024 | 02:29

Selengkapnya