Berita

Wayang Kumbayana/Net

Jaya Suprana

Kumbayana

JUMAT, 29 OKTOBER 2021 | 08:58 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

PADA masa kanak-kanak, saya gemar menonton pergelaran wayang kulit meski tidak pernah mampu bertahan semalam suntuk sampai pagi hari. Maka, saya sengaja tidur dulu agar pada dini hari saya bisa menyaksikan pergelaran wayang kulit pada puncak keseruannya.

Dorna

Di dalam pergelaran Wayang Kulit kerap ditampilkan seorang tokoh yang menarik karena cerewet, bawel, culas sambil, sombong, congkak, jahat serta gila hormat dan haus kekuasaan namun sakti mandraguna dan mahir ilmu perang. Tokoh menarik itu bernama Dorna yang semula di dalam versi Wayang Purwa bernama Kumbayana.

Setelah saya membaca kisah Mahabharata versi bahasa Inggris dan Jerman, ternyata Dorna Wayang Purwa beda dari Dorna Mahabharata.

Di Mahabharata, Dorna ditampilkan sebagai seorang begawan gagah-perkasa bersifat kesatria yang dihormati oleh keluarga besar Bharata sebagai panglima sakti mandraguna angkatan bersenjata kerajaan Hastinapura maka ditakuti oleh para kerajaan yang tidak sudi tunduk kepada Hastinapura.

Dorna lebih dihormati ketimbang Sengkuni dan harkat martabatnya sebagai panglima perang hanya setingkat di bawah Bisma Dewabhrata.

Mahabharata

Dalam Mahabharata dikisahkan bahwa Dorna dilahirkan di dalam keluarga brahmana sebagai putra pendeta Bharadwaja.

Alkisah Bharadwaja pergi ke sungai Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari Gretaci yang sangat cantik sedang mandi.

Menyaksikan pemandangan menggairahkan tersebut, sang pendeta dikuasai nafsu, sampai mengeluarkan air mani yang ditampung di dalam sebuah bejana. Dari cairan tersebut, tumbuhlah sebuah janin, yang kian berkembang hingga membentuk sesosok bayi. Bayi tersebut kemudian dibesarkan dan diberi nama Dorna.

Dorna semula hidup dalam kemiskinan, tetapi kemudian belajar ilmu perang bersama pangeran Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Dorna pun menjadi teman dekat sehingga Drupada berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Dorna, apabila ia sudah menggantikan ayahnya sebagai Raja Panchala. Janji yang kemudian diingkari oleh Drupada.

Kumbayana

Menurut versi Wayang Purwa, semula Dorna bernama Bambang Kumbayana, putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan, dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.

Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai, maka ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir apabila ada seorang kesatria mencintainya dengan tulus.

Karena merasa berutang budi, maka Kumbayana mencintai kuda betina itu sehingga mengandung, dan melahirkan seorang putra berwajah tampan yang kemudian diberi nama Aswatama.

Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu Drupada, Kumbayana tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Maka Mahapatih Gandamana murka sehingga terjadi perkelahian yang tidak seimbang.

Meskipun Kumbayana sakti, ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki kekuatan setara seribu gajah. Kumbayana kalah sehingga tubuhnya cacat dan wajahnya rusak. Namun dia tidak mati berkat ditolong oleh Sengkuni.

Akhirnya Kumbayana diterima di Hastinapura dan dipercaya sebagai mahaguru ilmu perang anak-anak keluarga Bharata dan dikenal sebagai Dorna.

Bharatayudha

Dorna Mahabharata dan Dorna Wayang Purwa melebur menjadi satu di Bharatayudha. Kematian Dorna di padang Kurusetra diakibatkan oleh perlakuan buruk Dorna terhadap  Bambang Ekalaya yang arwahnya menitis ke Drestajumena.

Drestajumena berhasil membunuh Dorna berkat tipu daya Sri Kresna menyuruh Bima membunuh seekor gajah bernama Aswatama. Setelah membunuh gajah Aswatama, Bima berteriak “Aswatama telah mati!”.

Semula Dorna tidak percaya maka menghampiri Yudhistira untuk bertanya apakah benar Aswatama telah mati. Yudhistira membenarkan bahwa Aswatama memang telah mati tanpa menegaskan Aswatama yang mati adalah seekor gajah.

Akibat percaya pernyataan Yudhistira yang tidak pernah berdusta, Dorna lumpuh lahir-batin akibat yakin bahwa yang dibunuh Bima adalah Aswatama, anak satu-satunya Dorna, padahal yang mati adalah seekor gajah bernama Aswatama. Maka Drestajumena berhasil dengan mudah membunuh Dorna.

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

UPDATE

Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka, Kejagung Didesak Periksa Tan Kian

Sabtu, 08 Februari 2025 | 21:31

Kawal Kesejahteraan Rakyat, AHY Pede Demokrat Bangkit di 2029

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:55

Rocky Gerung: Bahlil Bisa Bikin Kabinet Prabowo Pecah

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:53

Era Jokowi Meninggalkan Warisan Utang dan Persoalan Hukum

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:01

Tepis Dasco, Bahlil Klaim Satu Frame dengan Prabowo soal LPG 3 Kg

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:50

Dominus Litis Revisi UU Kejaksaan, Bisa Rugikan Hak Korban dan tersangka

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:28

Tarik Tunai Pakai EDC BCA Resmi Kena Biaya Admin Rp4 Ribu

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:16

Ekspor Perdana, Pertamina Bawa UMKM Tempe Sukabumi Mendunia

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:41

TNI AL Bersama Tim Gabungan Temukan Jenazah Jurnalis Sahril Helmi

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:22

Penasehat Hukum Ungkap Dugaan KPK Langgar Hukum di Balik Status Tersangka Sekjen PDIP

Sabtu, 08 Februari 2025 | 17:42

Selengkapnya