Pegiat Seni Budaya dan Film, Embi C Noor/Repro
Masyarakat bisa melakukan pembacaan sejarah yang penting dengan menonton film Pengkhianatan G30S/PKI. Film Film tersebut diklaim dikerjakan dengan tehnik mumpuni, profesional, serta data-data akurat.
Demikian disampaikan pegiat seni budaya dan film, Embi C Noor saat manjadi narasumber dalam diskusi daring bertajuk "Komunisme Gaya Baru Di Zaman NOW" yang disiarkan di YouTube FNN TV, Jumat sore (1/10).
"Film ini dikerjakan dengan teknik mumpuni, profesionalisme, data-data yang akurat. Nah, kombinasi ini menghasilkan sebuah karya yang tidak saja menghibur, meyakinkan, tetap juga bisa menjadi media pembacaan untuk mengingat kembali hal-hal yang penting yang dimiliki oleh bangsa Indonesia," kata Embi.
Adik kandung Sutradara Film Pengkhianatan G30S/PKI, Arifin C Noor tersebut mengurai, sebuah karya film sejatinya terdapat banyak unsur di dalamnya. Mulai dari sisi hiburan, karena bagaimanapun sebuah film harus ada sisi entertain-nya. Lalu, fakta-fakta penting dalam sejarah itu sendiri yang harus diingat.
"Kemudian ada semacam kondisi emosional bagi penonton yang dari tahun ke tahun sejak film itu dibikin, adalah relasi emosional itu. Jadi film itu selalu aktual, jadi film ini tidak pernah menjadi klasik," katanya.
Adapun mengenai adanya pro-kontra hingga tinjauan ilmiah dan sejarah film tersebut dipastikan bisa dipertanggungjawabkan. Sebab bagaimanapun, dibalik penulisan skenario, karena sebuah karya film yang pertama kali diprioritaskan adalah skrip.
"Skrip itu adalah komposernya, kemudahan sutradara adalah konduktor, bagaimana mengkonduk sampai menjadi sebuah film," tuturnya.
"Nah ketika skenario ini ditulis oleh Mas Arifin melibatkan sekian banyak tokoh, termasuk Pak Nugroho Notosusanto, dan saya yakin Mas Arifin juga bergerilya sesama budayawan seniman untuk mengumpulkan. Karena bagaimanapun juga ejaan Mas Arifin di teater dan film," sambung.
Embi mengenang mendiang sang kakak yang kerap menegaskan ihwal profesionalitas dalam sebuah karya. Demikian halnya pasti terdapat perbedaan signifikan antara pertunjukan teater dan film
"Kalau saya menyebutnya teater itu media terbuka, kalau film media terkunci. Artinya kalau di teater penonton bebas memilih apa yang ada di panggung. Tapi kalau di film seluruh penonton sudah dipilihkan oleh sutradara mana yang harus dilihat. Nah proses memilah dan memilih ini adalah proses penulisan skenario," tegasnya.
Embi meyakini bahwa Arifin C Noor seorang yang sangat hati-hati karena selain saudara kandung, merupakan pribadi yang sangat telaten dalam membuat sebuah karya, termasuk film.
"Ketika dia nge-
brief untuk membuat film G30S PKI, dia berkata kepad saya sambil memberikan skenario 'Bi kita mau bikin film horor ini' lalu saya baca dan pelajari. Nah setelah itu dia tidak pernah memberikan
brief apa-apa lagi, dan dia nge-
brief cuma satu 'Film Horor'," demikian Embi.
Turut hadir dalam diskusi daring tersebut antara lain penulis buku
Menangkal Kebangkitan PKI: Strategi Perlawanan Nasional Menjaga Keutuhan NKRI, Ustaz Alfian Tanjung; Sejarawan Ridwan Saidi; Ketua Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara (PPKN), Letjen TNI Mar (Purn) Suharto; Ketua Umum Gerakan Bela Negara (GBN) Brigjen TNI (Purn) Poernomo dan Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (KIB) M Adhie Massardi.