Berita

Perdana Menteri Australia Scott Morrison/Net

Dunia

Bela Pakta AUKUS, Scott Morrison: Kapal Selam Prancis Tak Bisa Penuhi Kepentingan Strategis Australia

MINGGU, 19 SEPTEMBER 2021 | 16:55 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Ada alasan strategis dalam keputusan Australia untuk membatalkan kontrak pembelian kapal selam buatan Prancis, dan memilih menjalin pakta pertahanan dengan Inggris dan Amerika Serikat (AUKUS).

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pihaknya memiliki kekhawatiran yang mendalam dan serius bahwa kapal selam kelas Attack yang dirancang Prancis tidak mampu memenuhi kepentingan strategis Canberra.

"Mereka akan memiliki banyak alasan untuk mengetahui bahwa kami memiliki kekhawatiran yang mendalam dan serius bahwa kemampuan yang diberikan oleh kapal selam Attack tidak akan memenuhi kepentingan strategis kami," kata Morrison dalam jumpa pers pada Minggu (19/9), seperti dimuat 9News.

"Kami telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kami akan membuat keputusan berdasarkan kepentingan nasional strategis kami," tegas dia.

Morrison mengatakan, masalah itu telah disampaikan sejak beebrapa bulan lalu, baik melalui menteri pertahanan dan saluran lainnya. Ia juga menyebut ada berbagai masalah di awal kontrak.

"Penilaian strategis berdasarkan saran intelijen dan pertahanan terbaik adalah bahwa kapal selam yang dirancang Prancis tidak akan menjadi pilihan terbaik," tekan Morrison.

Dengan pertimbangan itu, ia melanjutkan, Australia berusaha mencari kapal selam berkemampuan tertinggi untuk mendukung operasi pertahanan.

Meski begitu, Morrison mengatakan, ia memahami kekecewaan Prancis. Tetapi keputusan itu akan melindungi kepentingan Australia.

"Saya tidak menyesali keputusan untuk mengutamakan kepentingan nasional Australia. Saya tidak akan pernah menyesalinya," kata Morrison.

Dengan pakta AUKUS, Inggris dan AS berkomitmen untuk mendukung Australia dengan armada kapal selam bertenaga nuklir. Hal itu mengakhiri kesepakatan antara Canberra dan Paris untuk mendapatkan 12 kapal selam bernilai 66 miliar dolar AS.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya