Berita

Mantan kepala Research and Analysis Wing (R&AW) Vikram Sood/Net

Dunia

Analis Top: Dapatkah Terorisme Membentuk Pemerintahan yang Sah? India Tidak Perlu Terburu-buru Akui Taliban!

SABTU, 11 SEPTEMBER 2021 | 11:41 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

India tidak perlu repot-repot menimbang apakah harus menyetujui pemerintahan Afghanistan yang baru atau menolaknya. Bahkan, sebaliknya, Talibanlah yang seharusnya berupaya mencari cap persetujuan dari India dan juga negara-negara lain dengan cara memenuhi janji-janji mereka.

"India bisa saja terlibat dengan Taliban, jika taliban bersedia membuat kesepakatan tentang 'jihadis yang menargetkan negara itu," ujar mantan kepala Research and Analysis Wing (R&AW) Vikram Sood, seperti dikutip dari Indian Express, Jumat (10/9).

Menurutnya, pemerintahan yang sah adalah yang melibatkan aparat pemerintahan yang sah. Ketika pemerintahan itu didominasi oleh para teroris, maka sudah bisa dipastikan bahwa itu bukanlah pemerintahan yang sah.

“Pertama, Anda harus memutuskan apakah ini pemerintah yang sah. Dapatkah terorisme menghasilkan pemerintahan yang sah? Apakah kita ada untuk memberikan legitimasi terorisme?" tanya Sood.

"Apa yang akan diberikan Afghanistan kepada kita sehingga saya dengan putus asanya bersedia berurusan dengan mereka? Walaupun ada banyak ancaman nyata, itu tidak berarti saya harus mengakui Taliban," kata Sood.

Sood yang mengepalai badan intelijen eksternal India antara tahun 2000 dan 2003 percaya bahwa semua orang harus menunggu untuk melihat berapa lama kekuasaan Taliban bertahan daripada terburu-buru untuk mengakui kelompok itu dan berakhir dengan konyol.

Apa yang terjadi di Afghanistan saat ini adalah sebuah 'permainan', dan permainan ini dimulai tentang mineral dan sumber daya. Salah satunya, jalur pipa Turkmenistan-Afghanistan.

Sood menilai permainan itu tentu melibatkan China, sebagai pihak yang memiliki banyak kepentingan dengan Afghanistan. Selain China, tentu ada Rusia, Pakistan, Iran dan tentu saja Amerika Sendiri/

"Mereka semua punya tujuan yang berbeda,” kata Sood.

Ketika ditanya apakah India tidak ikut serta dalam permainan itu, Sood menampiknya dengan mengatakan, "Mengapa harus?"

Sekali lagi Sood menegaskan, Taliban yang harus mencari persetujuan India.

"Mereka adalah teroris. Mereka harus mencari kita untuk mendapatkan legitimasi dari negara penting seperti India. Mengapa kita harus mengejar mereka?"

Dia menggarisbawahi bahwa sebagai negara dengan salah satu tentara terbesar, ekonomi substansial dan populasi terbesar kedua di dunia, India tidak boleh panik tentang urusan Afghanistan.

Mengingat hari serangan 9/11 terjadi, Sood mengatakan dia membeku menonton visual serangan di TV.

Mengenai hari bersejarah Serangan 11 September atau Serangan 9/11, Sood mengatakan itu adalah peristiwa yang membuktikan tindakan teroris benar-benar kejam. ia sendiri hampir tidak mempercayai adanya serangan mematikan dengan ratusan korban dalam sekian menit.

"Saya berada di kamar saya di lantai atas. Itu sekitar pukul 6 malam. Saya masih bekerja. Saya mendapat telepon dari seorang rekan yang mengatakan nyalakan TV. Saya menyalakannya dan melihat pesawat ini terbang yang kemudian menabrak sebuah gedung. Saya pikir seseorang sedang membuat film — akan menjadi adegan serangan teror. Atau kecelakaan. Saya  terus menonton...." ia berkisah.

"Setelah beberapa saat ada pesawat lain. Ketika saya melihat pesawat kedua itu, saya tahu bahwa sesuatu akan terjadi, secara naluriah. Dan benar saja..., saya membeku," katanya kelu.

Ia bertanya-tanya apakah yang ia tonton itu benar-benar nyata, bahwa ada orang yang dengan sangat keji melakukan penyerangan.

"Apakah mereka benar-benar melakukannya?" tanyanya, sampai akhirnya ia tahu siapa pihak yang harus bertanggung jawab.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Ukraina Lancarkan Serangan Drone di Beberapa Wilayah Rusia

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:03

Bonus Olimpiade Ditahan, Polisi Prancis Ancam Ganggu Prosesi Estafet Obor

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:02

Antisipasi Main Judi Online, HP Prajurit Marinir Disidak Staf Intelijen

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:37

Ikut Aturan Pemerintah, Alibaba akan Dirikan Pusat Data di Vietnam

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:29

KI DKI Ajak Pekerja Manfaatkan Hak Akses Informasi Publik

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:27

Negara Pro Rakyat Harus Hapus Sistem Kontrak dan Outsourcing

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:17

Bandara Solo Berpeluang Kembali Berstatus Internasional

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:09

Polisi New York Terobos Barikade Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:02

Taruna Lintas Instansi Ikuti Latsitardarnus 2024 dengan KRI BAC-593

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:55

Peta Koalisi Pilpres Diramalkan Tak Awet hingga Pilkada 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:50

Selengkapnya