Berita

Penulis adalah peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng

Publika

Ke Mana Dana Covid-19 Mengalir, Ekonomi Kok Loyo?

MINGGU, 15 AGUSTUS 2021 | 11:13 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

COVID-19 adalah proyek raksasa, megaproyek yang menelan anggaran yang besar, belanja pemerintah yang sangat besar.

Ini untuk pertama kali sepanjang sejarah pemerintah membelanjakan uang negara dalam jumlah jumbo untuk satu kegiatan, yakni penanganan covid 19.

Menurut Kementerian Keuangan total anggaran untuk penanganan Covid-19 pada tahun 2020 mencapai Rp 677,2 triliun. Dana tersebut digunakan untuk berbagai keperluan yang dikait kaitkan dengan Covid-19.

Dilalah zaman sekarang semua bisa dikaitkan dengan Covid-19. Maka jadilah negara Covid-19 atau ekonomi Covid-19 (ekocov). Anggaran Covid-19 akan semakin membesar setiap tahun, sampai 2025 mendatang.

Dari mana datangnya anggaran ini? Bagaimana pemerintah bisa punya uang sebesar ini? Uang ini didapatkan dari hasil utang, menjual surat utang pemerintah.

Sepanjang tahun 2020 utang pemerintah bertambah Rp 1.190 triliun, meningkat sebesar 199 persen lebih dibandingkan tahun sebelumnya sebelum Covid-19 datang.

Sepanjang hidup bangsa ini belum pernah mengambil utang sebesar ini hanya dalam setahun. Itu kira kira hampir setara dengan 2 kali utang 30 tahun pemerintahan Suharto dengan tingkat pengukuran kurs saat ini.

Sebagian besar utang diberikan oleh BI. Dari mana BI dapat uang? BI menjadi makelar terbesar menjual surat utang pemerintah. Pemerintah dapat uang, BI dapat untung.

Tambahan utang tahunan Pemerintah Ini setara dengan dua kali BLBI/KLBI yang terjadi pada masa krisis moneter 97/98 senilai Rp 630,13 triliun.

Harus dicatat bahwa utang pemerintah kepada BI selaku makelar penjualan surat utang pemerintah ini masih diangsur oleh APBN sampai dengan saat ini, dan belum tau sampai kapan bisa lunas.

Lalu uang ini digunakan untuk segala keperluan yang berkait dengan Covid-19. Konon katanya agar ekonomi terap tumbuh. Namun sepanjang tahun 2020 ekonomi Indonesia negatif, Indonesia mengalami resesi selama 4 kwartal berturut turut.

Dana Covid-19 tidak sampai pada sasaran dan tujuan. Dana habis tapi tak berasa. Dana habis tapi tak tau siapa yang makan. Konon katanya untuk mengobati pasien Covid-19, membiayai rumah sakit, membiayai tenaga kesehatan, mengongkosi para dokter, membeli vaksin, pengadaan obat (meski covid belum ada obatnya).

Namun anehnya semua tak membawa dampak pada ekonomi.

Padahal dengan belanja sebesar itu ekonomi pasti melompat, paling tidak sektor kesehatannya melompat, mulai dari rumah sakit, pabrik obat, perusahaan Aleks, perusahaan vaksin, distributor vaksin, tenaga kesehatan, semuanya menjadi motor penggerak ekonomi Covid-19.

Namun pergerakan ekonomi di sektor kesehatan pun tampaknya tidak terlihat. Walaupun ada peningkatan keuntungan rumah sakit ratusan persen, namun tidak menjadi stimulus significant bagi ekonomi Covid-19.

Mengapa ini bisa terjadi? Salah satu masalah adalah transparansi dana covid. Mestinya penggunaan dana ini telah ter digitalisasi secar penuh. Siapa terima berapa? Pasien terima berapa? Rumah sakit terima berapa? Pasien covid terima berapa ? Perusahaan vaksin terima berapa? Petugas pelaksana protokol kesehatan terima berapa? Semua mestinya secara kasat mata, sekali ketik di Google langsung publik tau.

Kapan ya? Anggaran yang inclusive terbuka dan transparan serta partisipatif, maka ekonomi akan tumbuh.

Penulis adalah peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Tulisan 'Adili Jokowi' Curahan Ekspresi Bukan Vandalisme

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:36

Prabowo Harus Mintai Pertanggungjawaban Jokowi terkait IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:26

Penerapan Dominus Litis Melemahkan Polri

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:03

Rontok di Pengadilan, Kuasa Hukum Hasto Sebut KPK Hanya Daur Ulang Cerita Lama

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:40

Senator Daud Yordan Siap Naik Ring Lagi

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:17

Penasihat Hukum Sekjen PDIP Bongkar Kesewenang-wenangan Penyidik KPK

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:53

Lewat Rumah Aspirasi, Legislator PSI Kota Tangerang Ajak Warga Sampaikan Unek-Unek

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:36

Ekonomi Daerah Berpotensi Merosot akibat Sri Mulyani Pangkas Dana TKD

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:15

Saat yang Tepat Bagi Prabowo Fokus MBG dan Setop IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:57

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Menuju Indonesia Emas

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:42

Selengkapnya