Logo Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama/Net
Polemik donasi keluarga almarhum Akidi Tio sebesar Rp 2 triliun yang hingga kini belum terlihat wujudnya perlu menjadi pelajaran penting bagi semua pihak agar tidak terjebak informasi palsu.
Menurut Ketua DPP PPP, Abdul Hakim Hidayat, donasi yang sejatinya diperuntukkan untuk penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan itu melukai hati masyarakat jika uang tersebut terbukti tidak ada alias bohong.
"Donasi bodong Rp 2 triliun itu sungguh melukai perasaan kita semua, terlebih dalam situasi krisis seperti saat ini," kata pria yang akrab disapa Gus Hakim ini kepada wartawan, Kamis (5/8).
Menurut Gus Hakim, pada hakikatnya jiwa kedermawanan telah melekat pada diri masyarakat Indonesia yang ditujukan dengan sikap solidaritas melalui lembaga-lembaga filantropi di Indonesia.
"Lembaga filantropi di Indonesia telah secara nyata menjadi pendukung utama bagi negara dalam rangka aksi sosial di tengah masyarakat," ujar putra dari Kiai Hasyim Muzadi ini.
Dia menyebutkan, ormas seperti NU dan Muhammadiyah, termasuk banyak lembaga filantropi yang secara nyata telah melakukan aksi konkret patut menjadi contoh, khususnya dalam merespons pandemi Covid-19 ini.
"NU, Muhamadiyah, dan ormas lainnya telah memberi keteladanan dalam melakukan aksi sosial jauh dari gemerlap panggung pemberitaan seperti Akidi Tio beberapa waktu lalu," jelasnya.
Gus Hakim berharap, kasus Akidi Tio menjadi peristiwa terakhir dan tidak terulang lagi di masa mendatang. Ke depan, siapa saja yang dijanjikan donasi agar senantiasa melakukan verifikasi sebelum disebarluaskan ke publik.
"Kita merasa bangga dan terima kasih kepada siapa pun yang punya niat baik untuk membantu sesama. Tapi siapa saja yang dijanjikan donasi dalam rangka aksi sosial, baiknya melakukan
tabayyun atau verifikasi sebelum disebarluaskan ke publik," pungkasnya.