Berita

Ilustrasi keuangan dan perbankan syariah/Net

Bisnis

Kenapa Bank Syariah Dituduh Kejam, Dirut BPRS Harta Insani Karmah: Kadang Nasabah Salah Persepsi

SENIN, 02 AGUSTUS 2021 | 23:26 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Fenomena nasabah bank syariah protes belakangan marak diperbincangkan, setelah pengusaha jalan tol, Jusuf Hamka, menuding Bank Syariah lebih kejam daripada bank konvensional.

Awalnya di program “Blak-blakan” milik detik.com yang ditayangkan Jumat pagi kemarin (23/7), Direktur Utama Citra Marga Lintas Jabar (CMLJ) yang bergerak di bidang konstruksi jalan tol itu mengatakan dirinya sedang bermasalah dengan sindikasi bank syariah untuk pembiayaan usahanya.

Dalam kasusnya, dia mengaku telah menyerahkan uang sebesar Rp 800 miliar untuk melunasi utangnya pada sindikasi atau konsorsium perbankan. Namun belakangan, uangnya itu tidak dapat digunakan untuk melunasi utang dan dipotong oleh pihak konsorsium sebagai bunga utang.

Namun akhirnya, Jusuf Hamka berdamai dengan sindikasi bank syariah yang membantu pembiayaan perusahaannya sejak 2016 melalui penandatanganan "Nota Kesepakatan Penyelesaian Pembiayaan CMLJ dengan 7 Bank Syariah" di Dewan Syariah Nasional MUI, di Jalan Dempo, Jakarta Pusat, Senin siang (2/8).

Fenomena seperti itu ikut ditanggapi Direktur Utama BPRS Harta Insani Karimah, Alfi Wijaya, yang menyampaikan sejumlah hal penting yang perlu diketahui nasabah sebelum mengambil kredit di bank syariah.

"Kadang kala orang memiliki persepsi itu di pembiayaan kita (bank syariah), tapi lihat dua hal. Pertama adalah ada orang-orang melihat case ini, orang mau lunasi (utangnya) dan merasa dihitungannya A, tapi bank syariah di B," ucap Alfi dalam acara Smart FM bertemakan Menjawab Tudingan Miring Bank Syariah Kejam, Senin (2/8)

Pengurus pusat MES ini menambahkan, ketika bank syariah menilai B lebih besar dari A, nasabah langsung menyampaikan statement bahwa hal itu kurang pas dan dinilai kejam

"Padahal kita belum rekonsiliasi sebenarnya hitungan A ini apa dan B ini apa. Yang saya tahu, nasabah ini menghitung A hanya pokok, padahal di konvensional itu kalau mau menghitung itu pokok plus denda," katanya.

"Kalau di syariah itu bukan pokok plus denda, tapi kewajiban nasabah itu ditotal harga jual, dia mendapatkan potongan asal margin," imbuhnya.

Menurutnya, negosiasi antara nasabah dan bank syariah belum klir di tataran tersebut, sehingga terjadi kesalahpahaman terkait pembiayaan kredit.

"Negosiasinya belum kelar dia harus bayar angsuran, berkurang itu, dia ngerasa ini kok lebih besar bank syariah, dan yang kedua dia tidak merasa sudah tidak punya kewajiban lagi padahal negosiasinya belum kelar," tandasnya.

Populer

Gempa Megathrust Bisa Bikin Jakarta Lumpuh, Begini Penjelasan BMKG

Jumat, 22 Maret 2024 | 06:27

Pj Gubernur Jawa Barat Dukung KKL II Pemuda Katolik

Kamis, 21 Maret 2024 | 08:22

KPK Diminta Segera Tangkap Direktur Eksekutif LPEI

Jumat, 22 Maret 2024 | 15:59

KPK Lelang 22 iPhone dan Samsung, Harga Mulai Rp575 Ribu

Senin, 25 Maret 2024 | 16:46

Connie Bakrie Resmi Dipolisikan

Sabtu, 23 Maret 2024 | 03:11

Bawaslu Bakal Ungkap Dugaan Pengerahan Bansos Jokowi untuk Menangkan Prabowo-Gibran

Rabu, 27 Maret 2024 | 18:34

Paspampres Buka Suara soal Marhan Harahap Meninggal saat akan Salat Jumat

Rabu, 20 Maret 2024 | 10:50

UPDATE

Penjualan Melorot, Laba Bersih AMMN Nyungsep 79,9 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:55

Korban Tewas Akibat Serangan Moskow Meningkat Hingga 143 Orang

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:39

Genjot Jumlah Wisman, Kemenparekraf Dorong Pengembangan Desa-desa Wisata

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:19

Pengamat: Prabowo Tidak Perlu Didesak Mundur

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:11

Rusia Ragu ISIS Pelaku Serangan Moskow, Kembali Sudutkan Ukraina

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:05

Golkar Terancam Jadi Partai Keluarga Bila Dipimpin Jokowi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:00

Astronom Kerajaan Inggris Sarankan Pengiriman Robot ke Ruang Angkasa

Kamis, 28 Maret 2024 | 10:57

Rapat Paripurna ke-14, 272 Anggota DPR Bolos

Kamis, 28 Maret 2024 | 10:38

Genjot Wisman Jepang, Kemenparekraf Gandeng Garuda Indonesia

Kamis, 28 Maret 2024 | 10:35

Kepala Intelijen Rusia Lakukan Kunjungan ke Korea Utara

Kamis, 28 Maret 2024 | 10:29

Selengkapnya