Ribuan orang menggelar protes anti-lockdown di Berlin pada Minggu 1 Agustus/Net
Ribuan pengunjuk rasa anti-lockdown melakukan aksi protes di ibukota Jerman, Berlin, pada Minggu (1/8) waktu setempat. Mereka berkumpul untuk menentang sejumlah pembatasan, termasuk aturan demontrasi selama pandemi Covid-19 yang dilakukan pemerintah untuk menghadang laju penyebaran virus corona di negara itu.
Bentrokan tak dapat dihindari. Polisi mengatakan mereka melakukan hampir 600 penangkapan dalam aksi tersebut. Beberapa pengunjuk rasa disebut telah melecehkan dan menyerang petugas di distrik Charlottenburg di ibukota Jerman sambil mengabaikan penghalang jalan.
Sekitar 2.000 petugas dengan perlengkapan anti huru hara diterjunkan untuk memadamkan kerusuhan. Seorang juru bicara polisi mengatakan sekitar 5.000 demonstran mengambil bagian dalam aksi tersebut.
"Secara keseluruhan hampir 600 orang ditangkap, sementara yang lain ditahan sebentar untuk mendapatkan data pribadi mereka," kata polisi Berlin, seperti dikutip dari
DW, Senin (2/8).
"Mereka mencoba menerobos barisan polisi dan menarik rekan-rekan kami. Ini mengarah pada penggunaan senjata, pentungan, dan kekerasan fisik," lanjutnya.
Mereka menambahkan bahwa pihak berwenang terpaksa menggunakan meriam air untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Dalam satu insiden kekerasan, beberapa pengunjuk rasa menarik ketua serikat jurnalis DJU setempat, Jörg Reichel, dari sepedanya sebelum memukul dan menendangnya, menurut harian Tagesspiegel.
Surat kabar itu mengatakan dia diselamatkan oleh orang yang lewat tetapi menderita cedera bahu dan kaki dan dibawa ke rumah sakit.
Sebelumnya hakim di pengadilan administrasi telah melarang protes akhir pekan di tengah kekhawatiran peningkatan infeksi virus corona yang dipicu oleh varian Delta.
Pengadilan mengatakan pihaknya khawatir para peserta akan melanggar aturan tentang pemakaian masker dan jarak sosial karena jumlah infeksi Covid-19 di Jerman terus meningkat.
Gerakan Querdenker (Pemikir Lateral) telah menjadi suara paling keras menentang pembatasan virus corona di Jerman, dan sering menarik ribuan pendukung ke demonstrasinya.