Berita

Anggota Komisi I DPR RI, Farah Puteri Nahlia/Repro

Politik

Legislator PAN Usul Lima Langkah Penyelesaian yang Berkeadilan untuk Peristiwa Oknum TNI AU di Papua

KAMIS, 29 JULI 2021 | 19:43 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh oknum TNI AU kepada warga Papua terungkap dan menjadi viral setelah videonya tersebar di berbagai media sosial.

Peristiwa itu tentu menjadi keprihatinan banyak pihak, termasuk disayangkan Anggota Komisi I DPR RI, Farah Puteri Nahlia.

Menurut Farah, peristiwa tersebut semestinya tidak terulang kembali, mengingat tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

"Jangan sampai kasus seperti ini membuat masyarakat justru merasa tidak aman, apalagi di tengah krisis multidimensi seperti kondisi pandemi saat ini," ujar Farah kepada Kantor Berita Poliitk RMOL, Kamis (29/7).

Dalam negara hukum, Farah memandang tindakan aparat keamanan perlu didasarkan pada aturan hukum yang berlaku dan pentingnya memperhatikan dan melindungi keamanan manusia (human security).

Dengan begitu, dalam menjalankan tugasnya aparat keamanan perlu melakukan  secara profesional dan proporsional. Sehingga, tindakan-tindakan yang berlebihan yang berdampak pada kondisi terjadinya ketidakamanan dan ketidaknyamanan di masyarakat bisa diminimalisir.

"Ditambah lagi, proses akuntabilitas yang ada harus transparan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap aparat yang menjalankan tugasnya," paparnya.

Di samping itu, Farah juga menyampaikan apresiasinya atas sikap Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, yang memproses secara administrasi terhadap pelaku dan komandan di lapangan.

"Itu adalah langkah yang baik dan tegas. Namun, penting untuk mengungkap masalah ini secara transparan dan akuntabel demi terwujudnya rasa keadilan," katanya.

Farah menandaskan, pengungkapan masalah secara transparan penting dilakukan, mengingat insiden yang terjadi di Papua tersebut berpotensi menciderai upaya pemerintah Indonesia dalam menciptakan kedamaian di Bumi Cendrawasih.

"Diperlukan dialog publik yang lebih dan aksi solidaritas lapangan antar otoritas dengan masyarakat Papua untuk memperbaiki dan mempertahankan 'hearts and minds' masyarakat lokal," ungkap Farah.

"Bahkan, ada posibilitas kemunculan aktor-aktor yang ingin menciderai integrasi nasional melalui politisasi dan berita hoaks isu ini di tengah masyarakat Papua," sambuhnya.

Maka dari itu, dalam melihat peristiwa ini Farah menyarankan lima langkah yang harus segera dilakukan pemerintah, agar masalah peristiwa yang dilakukan oknum TNI AU tidak menjadi berlarut-larut dan meluas.

Berikut ini lima langkah yang diusulkan Farah kepada pemerintah:

1. Perlu dilakukannya investigasi yang transparan dan akuntabel supaya masalah yang ada dapat lebih jelas dan meminimalisir hoaks yang memperkeruh situasi.

2. Proses hukum pelaku jika terbukti bersalah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan sebagai bukti kepada masyarakat bahwa hukum berkeadilan dan tidak tebang pilih.

3. Perlu membangun ruang komunikasi dengan masyarakat yang lebih baik dan humanis. Ketegasan yang dimiliki segenap prajurit TNI harus dijalankan secara profesional dan proporsional.

4. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali, karena hal itu akan menambah masalah penyelesaian konflik Papua secara damai terganjal dan berpotensi semakin memperburuk citra bangsa Indonesia di mata dunia. Jika hal seperti ini terjadi lagi, bukan tidak mungkin kepercayaan publik (public trust) terhadap TNI menurun dan semakin berjarak dengan masyarakat. Selain itu juga, perjuangan Indonesia mempertahankan Papua di level internasional juga berpotensi akan terganggu.

5. Dan untuk masyarakat harus tetap tenang dan bisa melihat kasus ini secara objektif. Jangan mudah terpancing atau terprovokasi, yang justru dapat memecah belah satu sama lain. Masyarakat dihimbau untuk tetap menjaga situasi dan melakukan pengecekan kembali atas berita-berita yang tersebar untuk meminimalisir hoaks.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya