Berita

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun/Repro

Politik

Refly Harun: Rangkap Jabatan Terjadi Sejak Lama Karena Jokowi Insecure

KAMIS, 22 JULI 2021 | 01:19 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Inkonsistensi Presiden Joko Widodo terkait rangkap jabatan pejabat negara sejatinya sudah berlangsung sejak lama.

Hal tersebut disampaikan Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun berkenaan polemik rangkap jabatan Rektor UI, Ari Kuncoro. Selain sebagai rektor, Ari Kuncoro juga menduduki posisi Wakil Komisaris BRI.

Refly mengurai, Presiden Jokowi sejatinya cukup getol menyuarakan larangan rangkap jabatan bawahannya sejak awal menjadi presiden di tahun 2014. Saat itu, presiden dengan tegas melarang para menterinya merangkap sebagai ketua umum partai politik.


"Dalam bahasa Jokowi, satu jabatan saja belum beres, apalagi rangkap. Saat itu korbannya Wiranto yang melepas jabatan Ketua Umum Partai Hanura untuk menjadi Menko Polhukam," kata Refly Harun dikutip dari Channel YouTubenya, Rabu (21/7).

Inkonsistensi Presiden Jokowi mulai terlihat pada periode kedua. Memerintah bersama Wakil Presiden Maruf Amin, Jokowi berubah 180 derajat dengan merestui para ketua umum partai politik untuk menjadi menteri.

Melihat rekam jejak tersebut, Refly memandang apa yang dilakukan Jokowi saat ini, termasuk soal rangkap jabatan Rektor UI adalah motif politik.

"Motifnya sederhana sekali, motif politik, yaitu Presiden Jokowi mau mengikat dukungan dari ketua umum partai politik karena insecure dan berpotensi mendapat serangan dari partai politik dan kekuatan nonpartai politik, sehingga dia butuh perlindungan," tegasnya.

Selama ini, PDIP sebagai penyokong utama pemerintahan Jokowi dinilai belum kuat. Apalagi, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri ini juga kerap menghantam pemerintahan Jokowi.

Sebagai contohnya saat Budi Gunawan menjadi calon Kapolri dan rekomendasi pemberhentian Rini Soemarno. Menurutnya, dorongan tersebut dipelopori oleh PDIP.

"Jadi ini semua adalah motif kekuasaan. Motif kekuasaan mengalahkan idealisme, rasionalitas, dan mngalahkan manajemen pemerintahan. Bagi Jokowi, paling penting adalah back up kekuasaan ketimbang efektivitas dalam menjalankan pemerintahan," tandas Refly Harun.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya