Berita

Migran yang mencoba menyeberang perbatasan/Net

Dunia

Sepanjang 2021 Lebih Dari Dua Ribu Migran Meninggal Dalam Pelariannya Menuju Spanyol

JUMAT, 09 JULI 2021 | 15:29 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sebuah lembaga hak asasi manusia di Spanyol memperingatkan bahwa 2021 bisa menjadi salah satu yang tahun yang paling menyedihkan dalam hal krisis migran. Banyak yang harus kehilangan nyawa ketika mencoba untuk mencapai wilayah Spanyol.

Setidaknya ada sekitar 2.100 orang yang meninggal atau hilang dalam perjalanan hanya dalam enam bulan pertama tahun ini.

Angka ini nyaris menyamai angka kematian dan kehilangan pada tahun 2020 yang total jumlah keseluruhan sepanjang tahun itu adalah 2.170 jiwa.

LSM tersebut, Caminando Fronteras, mengatakan bahwa masa depan bagi para migran terlihat suram. Selain hubungan diplomati yang buruk antara Spanyol dan Maroko, juga karena terjangan pandemi dan krisis keuangan.

"Situasi yang ada di Maroko nyaris 'membunuh' para migran yang memulai Rute Canaries," kata LSM itu.

Kerja sama antara kedua negara telah memburuk sejak krisis Mei yang mengakibatkan masuknya lebih dari 10.000 orang dari Maroko ke Ceuta, sebuah kantong kecil Spanyol.

Angka-angka kematian dan kehilangan sepanjang Januari dan Juni adalah sebanyhak 1.922 meninggal atau hilang dalam 57 insiden di Atlantik antara barat laut Afrika dan pulau-pulau Spanyol.

Kemudian 165 korban lainnya dilaporkan meninggal atau hilang di Mediterania, termasuk 93 di Laut Alboran (Mediterania barat), 36 di Selat Gibraltar dan 36 lainnya antara Aljazair dan pantai Mediterania timur Spanyol.

Itu yang terliput dan dilaporkan, belum lagi yang luput dari pemantauan dan liputan media, kata LSM itu, seperti dikutip dari TRT. Seperti kasus tenggelam, misalnya. Hampir setiap hari kapal migran gelap muncul di sepanjang garis pantai Spanyol. Hampir setiap hari pula ada saja orang yang tenggelam jatuh dari kapal yang penuh sesak.

Pekerja LSM Spanyol itu menyalahkan peningkatan kematian tahun ini pada penggunaan perahu karet yang lebih besar, yang dianggap kurang aman karena migran berjuang untuk mendapatkan tangan mereka di kapal kayu dan kerjasama yang tidak memadai antara layanan penyelamatan Spanyol dan Maroko.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya