Berita

Wakil Perdana Menteri Jepang Taro Aso /Net

Dunia

Pengamat: Jepang Garang Karena Tidak Ingin Melihat China Kuat Di Dekatnya, Tapi Dia Ciut Jika Tanpa Bantuan AS

JUMAT, 09 JULI 2021 | 06:32 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Jepang dipastikan tidak berdaya menghadapi militer China. Pengamat Militer Song Zhongping memastikan, Jepang akan 'ciut' dan tidak akan berani ikut campour urusan Taiwan jika tidak ada dukungan dari AS.

Pernyataan Song  muncul dalam kolom opini Global Tima, Kamis (8/7) menanggapi Wakil Perdana Menteri Jepang Taro Aso yang pada Senin (5/7) bersumpah akan  bergabung dengan AS dalam membela negara kepulauan Taiwan seandainya China menyerang.

Dalam sebuah artikel di media Jepang, dilaporkan bahwa Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Jepang Taro Aso mengatakan bahwa jika China menginvasi Taiwan, maka Tokyo dapat menafsirkan langkah itu sebagai 'ancaman bagi kelangsungan hidup Jepang'. Dan Jepang akan mengerahkan Pasukan Bela Diri untuk melakukan pertahanan.


Pernyataan politikus Jepang tersebut datang sesaat sebelum hari peringatan Peristiwa 7 Juli 1937, ketika Jepang menginvasi China.

Song mengatakan, dari pernyataan Aso tersebut membuktikan bahwa ideologi kolonial Jepang, khususnya terhadap pulau Taiwan, tidak hilang satu hari pun.

Komentar bernada menghasut itu itu juga dinilai terlalu terlebihan dan terlalu jauh, menurut Song, karena Jepang tidak memiliki hak untuk mendikte masalah yang berkaitan dengan urusan dalam negeri China.

“Jepang perlu mengingat bahwa kelangsungan hidupnya tergantung pada apakah Jepang memahami situasinya dengan benar �" bukan pada bagaimana China siap untuk menyelesaikan persoalan Taiwan," tulis Song yang juga dikenal sebagai komentator TV.

Song mengatakan, pandangan terhadap pertanyaan Taiwan sebagai kepentingan inti Jepang bukanlah hal yang aneh.

"Bagi para elang di Jepang, khususnya sayap kanan ekstrim, sebenarnya mereka fokus pada dua isu, satu adalah Kepulauan Diaoyu, dan yang lainnya adalah pulau Taiwan. Jika Taiwan memisahkan diri dari China, kekuatan komprehensif China secara keseluruhan akan sangat melemah," katanya.

Jepang tidak ingin melihat China yang kuat di dekatnya. "Jadi lebih pada kepentingan praktis Jepang, terutama politisi tertentu, untuk memisahkan pulau dari China," lanjut Song.

Song juge memastikan, Jepang tidak berani menghadapi China sendirian. Jika Jepang melibatkan dirinya dalam masalah Taiwan secara militer, maka Jepang akan menggali kuburnya sendiri. Kemampuan militer Jepang sepenuhnya dikendalikan oleh AS dan tidak memiliki kemampuan tempur yang independen.

Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) akan dengan mudah melumpuhkan kemampuan serangan Pasukan Bela Diri Jepang.

Namun, jika Jepang bekerja sama dengan AS untuk melakukan aksi militer terhadap China, terutama di pulau Taiwan atau Kepulauan Diaoyu, Beijing akan memandang langkah tersebut sebagai konflik militer dengan China. Dalam hal ini, Jepang akan menjadi sasaran serangan militer China. Ini akan membahayakan Jepang sendiri.

Jadi, apa yang perlu dan dapat dilakukan China adalah meningkatkan upaya untuk menjalankan otoritas atas masalah Kepulauan Diaoyu.

Song mengatakan, Jepang percaya bahwa AS pasti akan mempertahankan pulau Taiwan secara militer.

"Politisi Jepang berbicara banyak omong kosong di sini. Mereka ingin mengirim sinyal ke Washington bahwa jika AS mengirim pasukan ke pulau itu, Jepang akan melakukan hal yang sama. Tetapi jika Jepang sendirian, kemungkinan besar dia akan mengambil langkah mundur, atau membuat kompromi," ujar Song.

"Alasan mengapa Jepang terus membesar-besarkan apa yang disebut ancaman eksternal adalah jelas: Jepang perlu terus membesar-besarkan situasi sehingga dapat mengubahnya menjadi opini publik untuk mendukung merevisi konstitusi pasifisnya," katanya.

"Selama Jepang melewati garis merah China, PLA tidak akan punya pilihan lain selain menyerang balik," demikian menurut Song.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya