Berita

Unggahan BEM KM Unnes yang menjuluki Ketua DPR RI, Puan Maharani sebagai "The Queen of Ghosting"/Repro

Politik

Puan Dijuluki Queen of Ghosting, PDIP: Kita Di Ambang Lockdown Ngapain Ngurusin Gituan

RABU, 07 JULI 2021 | 19:15 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia yang kian meningkat tajam membutuhkan fokus dari semua pihak.

Pun demikian bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sebagai partai dengan perolehan suara terbesar saat ini, PDIP lebih memilih fokus mengatasi penyebaran Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi dibanding mengurusi meme yang menyerang Puan Maharani.

Hal tersebut ditegaskan politisi PDIP, Deddy Yevri Hanteru Sitorus saat disinggung soal julukan "The Queen of Ghosting" yang diberikan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM Unnes) kepada Ketua DPR RI, Puan Maharani.

“Masa kita ngurusi meme? Ini kita diambang lockdown, enggak mungkin ngurusi yang begituan,” ucap Deddy Sitorus kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (7/7).

Di sisi lain, ia berharap mahasiswa mampu menjaga etika dan norma hukum kepada dalam menyampaikan aspirasi maupun kritikan kepada siapa pun.

“Saya hanye berharap mereka tetap menjaga batas-batas etika dan hukum. Karena tidak ada alasan untuk mereka menyerang Bu Puan,” tandasnya.

BEM KM Unnes sebelumnya melakukan aksi digital dengan mengunggah di media sosial Instagram dalam rangka mengkritik rezim pemerintahan, Rabu (7/7). Salah satu yang dikritik adalah Ketua DPR RI yang juga ketua DPP PDIP, Puan Maharani dengan julukan "The Queen of Ghosting".

Presiden Mahasiswa BEM KM Unnes, Wahyu Suryono Pratama mengatakan, kritik kepada Puan dilakukan berdasarkan pandangan bahwa politisi PDI Perjuangan itu merupakan simbol DPR RI.

Selaku ketua dewan, Puan memiliki peran yang cukup vital dalam pengesahan produk legislasi pada periode ini, khususnya di masa pandemi yang dinilai tidak berparadigma kerakyatan dan tidak berpihak pada kalangan rentan.

Mislanya, Undang Undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK), UU tentang Minerba, dan UU tentang Cipta Kerja.

"Serta tidak kunjung disahkannya RUU PKS yang sebetulnya cukup mendesak dan dibutuhkan pengesahannya," ujar Wahyu Suryono Pratama dalam keterangan tertulisnya.

Populer

Gempa Megathrust Bisa Bikin Jakarta Lumpuh, Begini Penjelasan BMKG

Jumat, 22 Maret 2024 | 06:27

Pj Gubernur Jawa Barat Dukung KKL II Pemuda Katolik

Kamis, 21 Maret 2024 | 08:22

KPK Diminta Segera Tangkap Direktur Eksekutif LPEI

Jumat, 22 Maret 2024 | 15:59

KPK Lelang 22 iPhone dan Samsung, Harga Mulai Rp575 Ribu

Senin, 25 Maret 2024 | 16:46

Connie Bakrie Resmi Dipolisikan

Sabtu, 23 Maret 2024 | 03:11

Bawaslu Bakal Ungkap Dugaan Pengerahan Bansos Jokowi untuk Menangkan Prabowo-Gibran

Rabu, 27 Maret 2024 | 18:34

Paspampres Buka Suara soal Marhan Harahap Meninggal saat akan Salat Jumat

Rabu, 20 Maret 2024 | 10:50

UPDATE

Penjualan Melorot, Laba Bersih AMMN Nyungsep 79,9 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:55

Korban Tewas Akibat Serangan Moskow Meningkat Hingga 143 Orang

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:39

Genjot Jumlah Wisman, Kemenparekraf Dorong Pengembangan Desa-desa Wisata

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:19

Pengamat: Prabowo Tidak Perlu Didesak Mundur

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:11

Rusia Ragu ISIS Pelaku Serangan Moskow, Kembali Sudutkan Ukraina

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:05

Golkar Terancam Jadi Partai Keluarga Bila Dipimpin Jokowi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:00

Astronom Kerajaan Inggris Sarankan Pengiriman Robot ke Ruang Angkasa

Kamis, 28 Maret 2024 | 10:57

Rapat Paripurna ke-14, 272 Anggota DPR Bolos

Kamis, 28 Maret 2024 | 10:38

Genjot Wisman Jepang, Kemenparekraf Gandeng Garuda Indonesia

Kamis, 28 Maret 2024 | 10:35

Kepala Intelijen Rusia Lakukan Kunjungan ke Korea Utara

Kamis, 28 Maret 2024 | 10:29

Selengkapnya