Berita

Rektor UIN Sunan Kalijaga, Al Makin/RMOL

Publika

Bersahabat Dengan Virus

SABTU, 03 JULI 2021 | 19:56 WIB | OLEH: AL MAKIN

SUDAH lebih dari satu tahun, kita tidak bisa menghilangkan virus. Virus terus bermutasi. Varian baru muncul, varian lama bertahan. Virus terus membuat kita takut.

Virus mengubah individual dan sosial manusia: kejiwaan secara pribadi dan bagaimana kita berinteraksi antara satu dan lainnya. Kita ketakutan. Kita panik. Kita tidak tenang.

Virus telah membuat kita berfikir keras. Solidaritas manusia terus dibangun berdasarkan penularan virus. Antar negara, antar agama, antar masyarakat, semua bersama-sama dalam berperang melawan virus.

Manusia terus berusaha. Ada banyak usaha: medis, sosial, politik, ekonomi, dan spiritual. Semua usaha untuk mengalahkan nutrien, bukan makhluk dengan struktur yang mapan. Virus bukan kehidupan yang bersel. Namun kekuatannya berlipat dalam memperbanyak diri.

Kerja medis dalam menemukan vaksin dan menyuntikkannya dalam badan manusia terus diupayakan. Usaha psikologis dalam memperkuat jiwa manusia juga  bagian dari pertahanan diri.

Spesies manusia sudah melakukan dua upaya untuk mengenyahkan bahaya virus: bagaimana mengalahkan virus secara langsung dan menguatkan pertahanan imun dalam tubuh. Imun pun dengan berbagai cara: memperkokoh jasmani dan menguatkan jiwa.

Penguatan jasmani meliputi makanan dan suplemen. Kekuatan rohani melalui berdoa untuk memperteguh hati dan mendekatkan diri pada Tuhan dan alam. Namun, pasien tetap bertambah, teman dan handai tolan terus berguguran, rumah sakit terus menyempit dan melebihi quota kemampunan penampungan. Kita panik.

Virus terus bermutasi dalam hitungan bulan, sementara evolusi manusia dalam hitungan jutaan tahun. Mungkinkah badan kita berevolusi mengejar virus yang bertambah kuat? Jelas tidak mungkin.

Manusia membutuhkan bergenerasi dalam mengubah bentuk dasar. Dua juta tahun dibutuhkan manusia untuk menjadi kekuatan dominan di bumi ini. Sedangkan virus covid-19 membutuhkan setahun saja untuk membuat panik manusia.

Bentuk dan struktur virus jauh lebih sederhana, hanya nutrien, bukan kehidupan seperti manusia: dilengkapi otak, jantung, usus, dan berjalan dengan dua kaki. Manusia adalah makhluk yang kompleks, namun virus yang sangat sederhana dan tak terlihat membuat kita sedunia harus berjuang keras. Kita panik.

Banyak teori dalam bisnis dan politik mengatakan bahwa “if you cannot defeat the enemies, join them”. Artinya, jika Anda tidak bisa mengalahkan musuh-musuh, maka bergabunglah.

Mungkinkah kita bersahabat dengan virus? Bisa kah kita hidup dengan virus?

Satu tahun ini, semua usaha manusia sudah tidak terhitung. Kita di Indonesia, pemerintah pusat dan daerah, organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, sekolah dan lembaga bisnis, tempat ibadah dan tempat rekreasi, terus melakukan pembatasan gerak manusia.

Namun, karena manusia dasarnya adalah makhluk sosial, sulit rasanya tidak bercengkerama, berkumpul, dan berhubungan satu dan lainnya. Manusia hidup di dunia karena kebersamaan. Saat ini disarankan menyendiri, mengisolasi diri, menjaga jarak, dan memisahkan diri dari kerumanan.

Ada seorang biksu dari Tibet lahir tahun 1975, namanya Yongey Mingyur Rinpoche. Dia terkenal dengan ajaran meditasinya. Berbagai praktek meditasi ajaran Buddhisme dia praktekkan. Orangnya ramah, senyumnya murah, dan sangat mudah difahami dengan berbagai instruksinya yang penuh humor. Banyak para pemirsa tertidur mendengarkan rekamannya, dengan suara yang lembut dan halus.

Konon, pendeta ini sewaktu kecil ingin belajar bermeditasi kepada ayahnya. Rinpoche berusaha membuat rasa panik yang seringkali hinggap padanya. Dia ingin mengalahkan kepanikan itu dengan cara bermeditasi.

Bahkan salah satunya dia berusaha melakukan sendiri di gua. Dia juga mengikuti pendidikan khusus di Sherab Ling Monastry. Usaha-usaha terus dilakukan dalam bermeditasi untuk menghilangkan kepanikan.

Semakin dia berusaha untuk menghilangkan kepanikan dalam dirinya, bertambah akutlah kepanikan itu. Berusaha menenangkan diri dengan bermeditasi dan berusaha membuang jauh-jauh kepanikan itu, atau melupakan bahwa dia panik, panik bertambah datang. Rinpoche menerangkan itu dalam banyak kesempatan, bahwa kepanikan adalah musuh utamanya.

Karena tidak berhasil mengenyahkan kepanikan dalam dirinya, dia berusaha berteman dengan kepanikan itu. Dia mengakui bahwa kepanikan merupakan bagian dalam dirinya. Setiap bermeditasi, dia tekankan, welcome my panic/selamat datang kepanikanku. Kepanikan adalah kegugupan, rasa tidak nyaman, tidak aman, tidak tenang, dan menganggu. Ketika itu dihindari dan berusaha untuk dihilangkan, malah datang. Bagaimana kalau diakui sekalian sebagai teman? Kepanikan ternyata jinak.

Dalam setiap meditasi, Rinpoche menekankan pentingya mengakui persoalan yang kita hadapi. Dengan mengakui persoalan itu, maka jiwa kita siap menghadapi dan berteman.

Mungkin pemerintah Singapura mengadopsi strategi ini. Akhir-akhir ini Singapura mencoba berdamai dengan tidak panik pada virus Corona. Berita tentang orang sakit berusaha ditekan. Virus ini dianggap sebagai flu biasa. Tidak berusaha dilebih-lebihkan. Berusaha untuk mengalahkan takut dalam menghadapinya.

Mungkinkah kita berteman dengan virus? Bagaimana bentuk pertemanan itu? Bisakah kita tidak panik? Bisakah kita menyadari bahwa virus itu sudah tidak bisa dihilangkan? Bisakah kita menerima virus itu sebagai bagian dari kita sehari-hari?

Hati-hati tetap penting, tetapi ketakutan yang berlebihan tidak akan menghilangkan virus. Tetap tenang dan siap dalam mental akan menambah imun tubuh.

Penulis adalah Rektor UIN Sunan Kalijaga

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Ukraina Lancarkan Serangan Drone di Beberapa Wilayah Rusia

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:03

Bonus Olimpiade Ditahan, Polisi Prancis Ancam Ganggu Prosesi Estafet Obor

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:02

Antisipasi Main Judi Online, HP Prajurit Marinir Disidak Staf Intelijen

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:37

Ikut Aturan Pemerintah, Alibaba akan Dirikan Pusat Data di Vietnam

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:29

KI DKI Ajak Pekerja Manfaatkan Hak Akses Informasi Publik

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:27

Negara Pro Rakyat Harus Hapus Sistem Kontrak dan Outsourcing

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:17

Bandara Solo Berpeluang Kembali Berstatus Internasional

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:09

Polisi New York Terobos Barikade Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:02

Taruna Lintas Instansi Ikuti Latsitardarnus 2024 dengan KRI BAC-593

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:55

Peta Koalisi Pilpres Diramalkan Tak Awet hingga Pilkada 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:50

Selengkapnya