Para peternak di Kroasia saat ini tengah diteror oleh 'wabah' serigala yang mengancam ternak-ternak bahkan nyawa mereka. Seorang petani bahkan mengaku kehilangan 90 dombanya akibat diterkam oleh kawanan serigala beberapa hari lalu.
Gambar bangkai domba berlumuran darah tersebar di surat kabar dan media sosial setempat, mengejutkan banyak orang dan memicu seruan yang semakin keras dari para petani untuk memusnahkan predator tersebut.
Para peternak merasa bahwa mata pencaharian mereka saat ini dipertaruhkan.
Salah satunya Ivan Tesija, peternak yang mengaku kepada
AFP bahwa dia telah kehilangan sekitar 100 ekor sapi miliknya yang disantap serigala selama 12 tahun terakhir. Itu dikatakannya sambil menunjukkan gambar anak sapi yang mati dalam serangan baru-baru ini.
"Ini wabah. Serigala ada di mana-mana, mereka tidak takut, dan orang-orang tidak tahu cara membela diri," ungkapnya.
Sementara peternak bernama Kosa Galovic mengaku tersiksa dengan adanya teror dari para serigala tersebut.
"Ini adalah siksaan yang tidak dapat ditanggung siapa pun," katanya, menceritakan bagaimana enam serigala membunuh tiga domba dan lima domba miliknya bulan lalu.
Pemerintah sendiri sudah menawarkan kompensasi mulai dari sekitar 80 euro untuk seekor domba atau seekor kambing hingga 10 kali lipat dari jumlah itu untuk seekor sapi hamil, jumlah yang dianggap terlalu kecil oleh para petani.
Hewan serigala telah dilindungi undang-undang sejak tahun 1995 ketika mereka hampir punah.
Meskipun kuota pemusnahan kembali diizinkan mulai tahun 2005, para menteri memberlakukan kembali larangan penuh pada tahun 2013 untuk melindungi jumlah yang semakin berkurang.
Larangan tersebut didukung kuat oleh kelompok perlindungan hewan.
"Kamilah yang menciptakan kekacauan ini, jadi kamilah yang harus menyelesaikannya dan tidak membuat serigala membayar kesalahan kami," kata Luka Oman, kepala LSM Animal Friends.
Tahun lalu, hampir 3.000 hewan domestik dan peternakan -- terutama domba -- dibunuh atau dilukai oleh serigala, sedikit di atas rata-rata, menurut angka resmi.
Sekitar 160 serigala berkeliaran di daerah berpenduduk jarang dari pedalaman pantai Adriatik ke pegunungan di perbatasan dengan Slovenia dan Bosnia, menurut perkiraan kementerian ekonomi.
Tetapi para petani dan pemburu mengatakan angka sebenarnya adalah sekitar 300. Terlalu banyak, kata mereka, untuk habitat seluas 25.000 kilometer persegi.
Situasi ini semakin rumit dengan munculnya jenis campuran serigala-anjing yang jumlahnya diperkirakan oleh para ilmuwan sekitar 10 persen dari populasi saat ini.
"Ini adalah masalah besar - mereka tidak takut, tidak memiliki naluri berburu alami dan mencari mangsa yang lebih mudah," kata dokter hewan dan pemburu Boris Katic.
Josip Kusak dari Universitas Zagreb menunjukkan, populasi campuran meledak ketika serigala jantan dibunuh, memaksa betina untuk kawin dengan anjing liar.
Tidak hanya mengancam hewan-hewan ternak, kawanan predator buas itu juga menjadi ancaman bagi nyawa penduduk.
Itu dialami seorang peternak bernama Josip Subaric, yang mengaku bahwa ia telah kehilangan dua anaknya.
"Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi malam ini, orang-orang merasa diteror," katanya.
"Dalam bisnis kami, serigala adalah penguasa hidup dan mati."