DI ranah agama kita sudah terbiasa dengan perilaku pelecehan yang dilakukan oleh umat agama A terhadap agama B. Bahkan pelecehan juga dilakukan secara sektarian sesama agama semisal antara sekte A agama A terhadap sekte B agama yang sebenarnya sama dengan A.
Ternyata tradisi saling melecehkan juga terjadi di bidang yang lazim diseberangkan dari agama yaitu apa yang disebut sebagai sains. Termasuk dalam hal apa yang disebut sebagai entropi.
Menurut uraian Wikipedia, entropi merupakan besaran termodinamika untuk mengukur energi dalam sistem per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha.
Mungkin manifestasi yang paling umum dari entropi adalah (mengikuti hukum termodinamika) entropi dari sebuah sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas berpindah dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah.
Pada suatu sistem dengan panas terisolasi, entropi hanya berjalan satu arah (bukan bolak-balik). Entropi suatu sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi tidak dapat dipakai untuk melakukan usaha pada proses-proses termodinamika.
Proses-proses ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah bentuknya, dan ketika energi diubah menjadi kerja/usaha, maka secara teoretis mempunyai efisiensi maksimum tertentu. Selama kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem, yang lalu terdisipasi dalam bentuk panas buangan.
Pada termodinamika klasik, konsep entropi didefinisikan pada hukum kedua termodinamika, yang menyatakan bahwa entropi dari sistem yang terisolasi selalu bertambah atau tetap konstan.
Maka, entropi juga dapat menjadi ukuran kecenderungan suatu proses, apakah proses tersebut cenderung akan “terentropikan†atau akan berlangsung ke arah tertentu. Entropi juga menunjukkan bahwa energi panas selalu mengalir secara spontan dari daerah yang suhunya lebih tinggi ke daerah yang suhunya lebih rendah.
Penyesatan
Entropi merupakan satu di antara hukum yang paling bertahan lama di bidang fisika. Hukum entropi bahkan tidak bisa diubah oleh dua revolusi drastis dalam ilmu fisika.
Namun Prof. Arieh Ben-Naim dari Hebrew University of Jerusalem tega menulis buku berjudul “Entropy†dengan sub-judul “The Greatest Blunder ever in The History of Scienceâ€.
Menurut Prof. Arieh, yang berdosa sebenarnya bukan sang istilah, namun manusia yang salah menafsirkan sambil salah mendayagunakan sang istilah menjadi kenyataan sehingga menjadi blunder paling akbar sepanjang sejarah sains.
Makin parah bahwa kekeliruan itu malah dibenarkan oleh para saintis maupun para bukan saintis. Blunder tafsir terhadap entropi disebabkan oleh kesalah-pengertian yang mendalam terhadap konsep dasar entropi. Ignoransi tentang makna entropi telah menyesatkan para saintis untuk mengasosiasikan entropi dengan ketidak-tahuan, maka mengaitkan The Second Law sebagai “law of spreading ignoranceâ€.
Sang Gurubesar Fisika-Kimia ini berhasil menemukan sedikitnya duabelas definisi dan interpretasi menyesatkan tentang entropi kemudian meski memperoleh perlawanan dari berbagai pihak, tetap nekad berusaha meluruskan penyesatan-penyesatan tersebut agar para ilmuwan mau pun kaum awam memperoleh penjelasan yang tepat dan benar mengenai apa sebenarnya yang disebut entropi.
Populer
Senin, 27 Januari 2025 | 02:16
Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03
Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05
Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17
Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14
Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21
Senin, 27 Januari 2025 | 14:00
UPDATE
Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37
Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30
Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27
Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10
Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46
Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45
Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19
Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59
Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45
Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26