Berita

Ilustrasi/Net

Kesehatan

Mengenal Lima Varian Virus Corona Di Indonesia, Tiga Jadi Perhatian WHO

RABU, 16 JUNI 2021 | 13:53 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan empat varian virus corona yang menjadi variant of consent karena dianggap lebih berbahaya atau lebih menular.

Empat varian tersebut adalah varian Alpha atau B.1.1.7, varian Beta atau B.1.351, varian Delta atau B.1.617, dan varian Gamma atau P1. Dari identifikasi yang dilakukan sejauh ini, terdapat tiga variant of concent dari WHO yang telah ditemukan di Indonesia.

Varian Alpha

Varian Alpha atau B. 117 pertama kali diidentifikasi di Inggris pada Desember 2020. Berdasarkan penelitian awal, varian Alpha menjadi penyebab peningkatan penularan dan rawat inap di Inggris.

Varian Alpha telah menyebar ke luar Inggris dan menjadi dominan di beberapa negara. Di Indonesia, varian ini pertama kali diidentifikasi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Saat ini varian Alpha juga telah ditemukan di DKI Jakarta.

Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular, dr Siti Nadia Tarmizi menyebut varian ini lebih cepat menular, namun tidak lebih mematikan dari varian yang mendominasi sebelumnya.

Gejala varian ini termasuk demam, batuk, sulit bernapas, gangguan saluran pencernaan, hingga menurunnya fungsi indera penciuman dan pengecap.

Varian Beta

Varian Beta atau B.1.351 pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan. Varian ini dianggap lebih menular dan lebih mudah berpindah inang.

Varian yang menghasilkan mutasi E484K ini disebut mampu melawan sistem kekebalan manusia dan berdampak pada efektifitas vaksin Covid-19.

Varian Beta pertama kali diidentifikasi di Indonesia pada 25 Januari 2021 di Bali. Pasien yang terinfeksi varian ini dinyatakan meninggal sebulan setelahnya, 16 Februari 2021.

Selain Indonesia, varian ini sudah menular di sekitar 60 negara. Varian ini memungkinkan orang yang sebelumnya telah terinfeksi dan sembuh, terkena Covid-19 kembali. Namun vaksinasi dapat membantu mencegah penularan varian ini.

Gajala varian ini seperti demam, batuk kering, kelelahan, ruam kulit, diare, sakit perut, dan sesak napas.

Varian Delta

Varian Delta atau B.1.617 pertama kali diidentifikasi di India pada Desember 2020, dianggap menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di negara tersebut. Saat ini, varian Delta sudah ditemukan di lebih dari 17 negara, termasuk Indonesia.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut varian Delta menjadi salah satu faktor ledakan kasus Covid-19 di Kudus.

Varian ini diketahui memiliki mutasi ganda E484Q dan L452R. Mutasi E484Q mirip dengan E484K yang ditemukan pada varian Beta. Sedangkan L452R ditemukan dalam varian virus B.1.429 yang ditemukan di California.

Gejala yang dialami seseorang yang terinfeksi varian Delta meliputi demam, sesak napas, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, anosmia, sakit tenggorokan, pilek, mual atau muntah, dan diare.


Selain tiga varian yang dianggap berbahaya, Indonesia juga mengidentifikasi beberapa varian lainnya, termasuk varian B.1.466.2 dan varian B.1.5.2.5.

 Varian B.1.466.2

Varian B.1.466.2 pertama kali diidentifikasi di Papua Nugini. Bukan hanya Indonesia dan Papua Nugini, varian ini juga telah ditemukan di 13 negara lainnya, yaitu Singapura, Malaysia, Australia, Jepang, Bahrain, India, Kamboja, Korea Selatan, Inggris, Jerman, Portugal, Amerika Serikat, dan Denmark.

Varian ini masih dalam proses penelitian dan belum diketahui karekteristik virulensi atau tingkat penularan maupun implikasi klinis pada manusia. Sejak awal pandemi hingga pertengahan April 2021, varian ini berkontribusi 26 persen dari seluruh varian yang diidentifikasi di Indonesia.

Varian B.1.5.2.5

Varian B.1.5.2.5 pertama kali ditemukan di Indonesia di Kepulauan Riau dari seorang pelancong dari Malaysia. Namun pasien telah dinyatakan sembuh usai menjalani karantina dan tidak memerlukan perawatan medis di rumah sakit.

Gejala dari seseorang yang terinfeksi varian ini meliputi demam, kelelahan, batuk kering, diare, sakit perut, hingga sesak napas.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya