Pengamat intelijen dan terorisme, Stanislaus Riyanta/Net
Peristiwa penembakan hingga menewaskan satu keluarga di Nipuralome, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua pada 4 Juni lalu menunjukkan kekejaman organisasi terorisme di Papua masih menjadi ancaman.
Dalam peristiwa tersebut, satu keluarga yang merupakan warga asli Papua tewas mengenaskan. Salah satunya Patianus Kogoya, seorang kepala kampung di Nipuralome.
Menurut pengamat intelijen dan terorisme, Stanislaus Riyanta, peristiwan tersebut menunjukkan bahwa Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) semakin biadab dan menggunakan kekerasan untuk meraih tujuan.
"Cara-cara dan gerakan mereka sudah sesuai dengan definisi terorisme dalam UU 5/2018. Aksi ini juga dapat dinilai bahwa mereka semakin tertekan sehingga meningkatkan intensitas aksinya," kata Stanislaus kepada wartawan, Minggu (13/6).
Stanislaus berharap kerja sama antara aparat keamanan dengan masyarakat dikuatkan. Aparat keamanan harus hadir untuk melindungi masyarakat, dan masyarakat harus percaya penuh kepada aparat keamanan.
Sebelum penembakan kepala kampung Patianus Kogoya, kisah tragis juga dialami pelajar asli Papua bernama Ali Mom yang menjadi korban Kebiadaban teroris OPM.
Ali Mom ditembak kelompok Lekagak Telenggen. Mirisnya, para pelaku dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengakui tahun bahwa korban adalah seorang pelajar.
Selain itu, kelompok teroris OPM ini juga menembak mati orang asli Papua bernama Boni Bagau pada akhir Januar 2021. Boni merupakan warga sipil di Kabupaten Intan Jaya, Papua ditembak OPM pimpinan Undius Kogoya.