Menteri Ketenagakerjaan RI, Ida Fauziyah/Net
Kementerian Ketenagakerjaan telah menyiapkan strategi dalam menghadapi revolusi industri 4.0, khususnya dalam melakukan transformasi pada sektor ketenagakerjaan.
Dalam menghadapi proses transformasi ketenagakerjaan di era revolusi industri ini, Kemnaker melakukan kajian labour market assessment sebagai dasar penyusunan kebijakan pelatihan vokasi agar sesuai dengan munculnya peluang usaha dan jenis pekerjaan baru di era pandemi.
World Economic Forum (WEF) dalam laporan terbarunya memperkirakan, akan ada 97 juta pekerjaan baru yang tumbuh bersamaan dengan 85 juta pekerjaan yang akan berkurang di dunia.
Untuk Indonesia sendiri, sebagaimana dilaporkan McKinsey, diprediksi akan ada 23 juta jenis pekerjaan yang terdampak oleh otomatisasi, serta akan ada puluhan juta pekerjaan baru yang muncul dalam kurun waktu tersebut.
“Dalam Revolusi Industri 4.0, penggunaan teknologi makin meningkat dan membuat pekerjaan menjadi sangat fleksibel baik secara waktu ataupun tempat, sehingga pekerjaan tidak lagi harus dikerjakan dari kantor dengan jam kerja yang monoton. Perubahan ini mempercepat transformasi ketenagakerjaan ke arah revolusi industri 4.0," kata Menaker Ida Fauziyah, Minggu (13/6).
Oleh karena itu, kata Menaker Ida, pada saat ini kompetensi dan fleksibilitas kerja menjadi poin utama. Tenaga kerja juga dituntut untuk menguasai perkembangan teknologi dengan soft skills yang memadai.
Selain itu, kreativitas, inovasi, dan kewirausahaan akan menjadi poin penting bagi perkembangan dunia usaha ke depannya.
Menurutnya, kebijakan ini juga dikolaborasikan dengan kebijakan pelatihan vokasi lainnya seperti kebijakan
Triple Skilling, yakni
skilling, re-skilling dan
up-skilling bagi pekerja; optimalisasi pemagangan berbasis jabatan; peningkatan
soft skills.
Kemudian perubahan kurikulum dan metode yang berfokus pada
human digital online, penggunaan metode
blended training, serta kolaborasi dengan semua stakeholders, terutama pelaku industri untuk menciptakan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Kemnaker juga terus melaksanakan program BLK Komunitas untuk memperluas jangkauan pelatihan vokasi.
"Menjadikan transformasi BLK sebagai salah satu lompatan besar yang dilakukan untuk menjadikan BLK pusat pengembangan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja berdaya saing global," tandasnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemnaker, Anwar Sanusi mengatakan, ada tiga tantangan transformasi ketenagakerjaan sebagai dampak revolusi industri 4.0. Pertama,
skills transformation atau transformasi keterampilan. Kedua,
job transformation atau transformasi pekerjaan dan terakhir,
society transformation atau transformasi sosial.
"Untuk menghadapi tiga tantangan tersebut, maka diperlukan inovasi dalam penyiapan kompetensi tenaga kerja; regulasi ketenagakerjaan yang fleksibel; jaminan sosial terhadap peningkatan kompetensi; dan jaminan sosial terhadap pendapatan masyarakat," ungkap Anwar.