Berita

Syahrial Nasution dan M Qodari./Repro

Politik

Akhiri Polemik, Qodari Dan Syahrial Disarankan Bertemu Saling Klarifikasi

RABU, 09 JUNI 2021 | 11:22 WIB | LAPORAN: YELAS KAPARINO

Perseteruan antara Direktur Eksekutif Indo Barometer, Mohammad Qodari dengan Deputi Balitbang DPP PD Syahrial Nasution, dinilai tak perlu terjadi jika pengamat dan politisi memahami fungsi masing-masing dengan baik.

Pengamat tidak boleh memposisikan diri sebagai “dewa” kebenaran. Apalagi jika pengamatannya belum didukung oleh basis riset yang memadai. Mereka juga dituntut menggunakan diksi bahasa yang netral dan tidak kontroversial dalam komentar-komentarnya.

Sebaliknya, politisi juga tak perlu terlalu reaktif jika pendapatnya disanggah pengamat. Sebab, sanggahan pengamat sekeras apapun masih bisa diuji kesahihannya dalam diskusi-diskusi di ruang publik.


Demikian dikatakan oleh pengamat dan praktisi strategi komunikasi politik, Fajar Shodik.

Seperti diketahui, awal mula polemik ini terjadi saat Qodari meremehkan proyeksi duet AHY-Airlangga di Pilpres 2004. Ia bahkan menggunakan kata “halu” atau halusinasi saat mengomentari wacana untuk mengusung pasangan tersebut.

Komentar pedas Qodari itu dibalas dengan ungkapan “periuk nasinya retak” oleh Syahrial. Sang Deputi Balitbang juga menyoroti posisi Qodari yang dianggap cenderung pro-Moeldoko dalam perseteruan perebutan PD. Respon ketus Syahrial menjadikan Qodari berang sehingga meminta Ketua Umum PD mencopot Syahrial dari jabatannya.

“Saya kira, lebih baik Qodari dan Syahrial bertemu dan saling mengklarifikasi. Tindakan untuk mengakhiri polemik akan baik dampaknya bagi hubungan pengamat dan politisi secara umum,” ujar alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu kepada redaksi, Rabu (9/6).

Menurut Fajar, selain perlunya pengamat dan politisi saling menghormati, garis tegas yang membedakan pengamat dan politisi juga harus selalu dijaga.

Mantan penasehat media Fraksi Hanura DPR RI itu prihatin, akhir-akhir ini publik kerap bingung lantaran sulit membedakan pengamat dan politisi. Pendapat-pendapat sebagian pengamat secara terang benderang cenderung mewakili salah satu kubu dalam pertikaian politik.

“Sebagian pengamat cenderung berat sebelah. Seharusnya wadah organisasi pengamat atau lembaga survei dapat mendiskusikan isu-isu etika jika ada anggota mereka yang dianggap terlalu berpihak sehingga kurang jujur,” lanjutnya.

Fajar menilai, jika organisasi pengamat dan lembaga survei tak merasa perlu mendiskusikan isu-isu etika dalam pengamatan, komentar, maupun survei mereka, dikuatirkan perseteruan pengamat dan politisi makin banyak muncul di masa mendatang.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya