Berita

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin/Net

Politik

Ali Ngabalin: Apa Yang Diputuskan KPK Sudah Final, Jangan Menjebak Presiden Langgar UU

JUMAT, 04 JUNI 2021 | 15:50 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Polemik tes wawasan kebangsaan (TWK) pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jangan sampai diarahkan untuk menjebak Presiden Joko Widodo melanggar UU.

Permintaan itu disampaikan langsung Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin menanggapi adanya sejumlah pihak yang meminta Presiden Jokowi untuk cawe-cawe dalam hasil TWK.

Di mana dalam tes alih status pegawai KPK menjadi ASN itu, sebanyak 51 pegawai KPK dinyatakan tidak bisa lagi menjadi aparatur sipil negara (ASN) sebagaimana diatur di dalam UU 19/2019 tentang KPK.

Menurut Ali, keputusan yang diambil KPK berdasarkan hasil TWK dan hal lainnya merupakan kewenangan KPK.

Ali Ngabalin pun meminta pihak-pihak tertentu untuk tidak berlindung di balik keterangan yang disampaikan Presiden Jokowi soal TWK pegawai KPK.

"Saya kira semua juga tahu bahwa lembaga tinggi negara yang sifatnya independen dan super power berdasarkan UU 19 itu adalah KPK,” tegasnya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (4/6).

Ali Ngabalin mengurai bahwa Pasal 3 UU 19/2019 telah menjelaskan bahwa KPK adalah lembaga independen. Artinya, kedudukan, fungsi, kewenangan dan tugas-tugas yang dilakukan KPK tidak bisa diintervensi oleh siapapun.

“Maka, apa yang diputuskan KPK hari ini kan sudah final. Baik itu merujuk pada UU 19 maupun Peraturan 41/2020 atau Peraturan internal KPK 1/2021," jelasnya.

Dengan kata lain, jika Presiden Jokowi terus didesak, maka sama saja menjebak presiden untuk melanggar ketentuan UU.

"Makanya jangan paksakan kehendakmu untuk meminta presiden itu melanggar UU atau peraturan atau regulasi yang sudah ada. Jangan menjebak oresiden untuk melanggar UU. Presiden akan tunduk dan patuh pada ketentuan hukum dan perundang-undangan di tanah air," demikian Ali Ngabalin.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya