Berita

Bangsa Arab perlu belajar dari Hamas/Net

Muhammad Najib

Bangsa Arab Perlu Belajar Dari Hamas

SELASA, 01 JUNI 2021 | 13:14 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

BANGSA Arab saat ini, mengalami krisis identitas dan kehilangan jati dirinya. Indikasi paling nyata terlihat dari hilangnya rasa percaya diri yang akut, sehingga mengalami kesulitan merumuskan masa depan yang dicita-citakannya, sebagai sebuah bangsa yang pernah menorehkan tinta emas dalam sejarah dan peradaban dunia.

Indikator lain yang bisa dijadikan ukuran, tampak nyata dari lumpuhnya Liga Arab yang beranggotakan 22 negara. Dalam uangkapan bahasa Arab yang sangat terkenal: wujuduhu ka adamihi, yang artinya: Adanya sama dengan tiada.

Bisa dibayangkan, negara sebanyak ini tidak bisa menolong anggotanya jika mengalami persoalan ekonomi, politik, ataupun militer. Padahal dari sisi ekonomi banyak yang kaya dan berhasil memakmurkan rakyatnya.

Lebih dari itu, diantara negara Arab sendiri terus-menerus cekcok tanpa alasan yang substansial, bahkan sering tanpa alasan yang jelas. Menariknya, aliansi diantara negara Arab juga  berubah-ubah.

Sampai saat ini negara-negara Arab seperti Somalia, Yaman, Libia, Irak, dan Suriah masih terus bergejolak dan mengalami perang saudara berkepanjangan selama bertahun-tahun. Negara-negara Arab juga terus terbelah dalam menyikapinya.

Bahkan sejumlah negara Arab bukannya membantu mencari penyelesaian, malah ikut berkonstribusi memperkeruh situasi, dengan memberikan dukungan pada kelompok-kelompok yang bertikai.

Keberhasilan Hamas menghadapi gempuran Israel, yang didukung oleh sejumlah negara termasuk sejumlah negara Arab yang ikut memojokkannya, baik secara ekonomi, politik, militer, maupun dalam pertarungan merebut hati masyarakat internasional, melalui pertarungan media masa dan media sosial, seharusnya menyadarkan para pemimpin Arab, bahwa ada yang salah pada diri mereka selama ini.

Wilayah Gaza yang diisolasi secara politik, ekonomi, maupun militer oleh Israel, sehingga sering disebut sebagai penjara terbesar di dunia, ditambah dengan sulitnya  kondisi yang dihadapi Hamas sebagai penguasa di sana, karena stempel sebagai organisasi teroris yang  disematkan pada dirinya.

Dalam kindisi sulit dan dijepit seperti ini, Hamas masih mampu membangun kekuatan militernya.

Sementara sejumlah negara Arab yang merdeka dan kaya, belum bisa membuat sebutir pelurupun. Karena itu, mereka mengandalkan tentara asing untuk menjaga dan melindungi negaranya.

Hal ini terlihat nyata, munculnya kerisauan diantara para pemimpinnya, ketika tentara Amerika akan ditarik pulang dari sejumlah pangkalan militernya yang berada di wilayah Arab.

Bila dibandingkan dengan tetangga-tetangga non Arabnya, seperti Iran dan Turki, negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab yang jumlahnya 22, jauh tertinggal dalam penguasaan sain dan teknologi, yang bermuara pada ketertinggalan dalam kemampuan militer.

Padahal secara ekonomi, sejumlah negara Arab, khususnya yang berada di kawasan Teluk sangat kaya dan makmur. Tampaknya, kekayaan yang dimilikinya tidak dimanfaatkan secara benar. Dengan kata lain, tidak tepat guna atau tidak tepat sasaran selama ini.

Keberhasilan Hamas yang mendapat sanjungan dari Jenderal Asaf Agmon, mantan komandan Angkatan Udara militer Israel (IDF) sebagimana dimuat Haaretz (26 Mei 2021), dan Jenderal Yitzhak Brick mantan Mentri Pertahanan dimuat  Haaretz (29 Mei 2021), semoga dapat membuka mata dan menyadarkan para pemimpin bangsa Arab yang masih terlena, bahwa jika mereka mau maka mereka bisa.

Sesungguhnya kekuatan yang paling penting dalam kompetisi di tingkat global saat ini dan di waktu yang akan datang, tidak lain dari rasa percaya diri sebagai sebuah bangsa, soliditas dan solidaritas sesama anak bangsa, kemudian bagaimana merumuskan agenda masa depan yang lazim disebut dengan visi dan misi.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya