Berita

Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto/Repro

Politik

Bakal Terjadi Konflik Horizontal Dan Vertikal, Jika Pilpres 2024 Hanya Ada 2 Paslon

SENIN, 31 MEI 2021 | 10:51 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Usulan PDI Perjuangan, yang disampaikan melalui Sekjen Hasto Kristiyanto, agar Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 kembali diikuti oleh 2 pasangan calon saja dinilai berpotensi memunculkan konflik horizontal dan vertikal di masyarakat.

"Sangat disayangkan pernyataan Hasto misleading dan naif," ucap Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (31/5).

"Terkesan kedaulatan dan rakyat untuk mendapatkan kualitas demokrasi dan hak mendapatkan kepemimpinan nasional yang potensial dianulir dengan hanya alasan waktu dan biaya," imbuhnya.


Menurut Satyo, Pilpres dan kontestasi pemilihan kepemimpinan nasional merupakan kemewahan untuk masyarakat.

"Janganlah nilainya didistorsi dengan alasan-alasan kaleng-kalengan," kata Satyo.

Karena, lanjut Satyo, sejak 2014 partai politik (parpol) mendesain Pilpres hanya dua paslon melalui "rekayasa" UU Pemilu dengan modus Threshold yang akhirnya menjadi "berhala" demokrasi.

"Akibatnya di setiap peristiwa Pemilu, parpol menjadi sangat individualis dan materialistis. Saat itu pula kedaulatan rakyat dieliminasi dengan tidak diberikan kesempatan untuk memilih para calon pemimpinnya dari yang terbaik," terang Satyo.

"Rakyat selalu 'dicekokin' calon pemimpin versi oligarki berdasarkan hanya selera dari parpol pengusung, dan lebih sering ditentukan hanya mengandalkan endorsement segelintir orang sehingga bersifat pragmatis dan oportunistik menafikan kemampuan teknikal, tidak kompeten, kapasitas yang minimal, dan tidak memiliki moral politik," jelasnya.

Selain itu, kata Satyo, Pilpres 2024 akan berpotensi terjadinya konflik jika hanya ada dua paslon.

"Jika pilpres hanya ada dua pasang calon maka potensi konflik horizontal dan vertikal antarbasis pendukung para calon akan lebih tinggi, seperti halnya pada saat Pilpres 2014 dan 2019," pungkas Satyo.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya