Berita

Pengamat dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng/Net

Publika

Potong Biaya Siluman Dari Kementerian ESDM Dalam Harga BBM

JUMAT, 21 MEI 2021 | 23:09 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

KALAU terjadi kenaikan harga BBM, pasti Pertamina yang diserang. Sementar pemerintah lepas tangan. Padahal harga BBM itu harga politis bukan harga ekonomi, termasuk dalam pengaturan harga BBM nonsubsidi.

Ternyata BBM ini bukan bisnis biasa atau jualan tempe, atau tahu atau cendol, yang harga jualnya ditentukan harga bahan baku. Tapi ini adalah bisnis politik, yakni berbisnis dan memasang harga politik.

Caranya melalui peraturan pengaturan harga beli dan harga jual BBM yang diatur pemerintah, yakni melalui menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan membuat formulasi harga dengan tambahan berbagai pungutan yang ditetapkan dalam berbagai angka konstanta.

Setiap ganti menteri selalu ganti konstanta, dan nilai konstanta. Angka konstanta ini tampak semacam setoran para menteri yang baru dilantik kepada bandar minyak. Berikut perhatikan konstanta dalam penetapan harga BBM menurut Kepmen Nomor 62.K/12/MEM/2020 yang mengatur harga BBM:

1. Untuk jenis bensin di bawah RON 95 dan jenis minyak solar RON 48 rumus sebagai berikut:
Mean of Plats Singapore (MOPS) atau Argus + Rp 1500/liter + Margin (10 % dari harga dasar).

2.  Untuk bensin RON 95 dan jenis bensin TON 98 dan jenis minyak solar RON 51 ditetapkan dengan rumus:
MOPS atau Argus + Rp 2.000/liter+ Margin (10 % dari harga dasar).

Mid Oil Platts Singapore (MOPS) = adalah harga asli ditambah (+) semacam angka  konstanta untuk keuntungan Singapura dan para trader. Tambah (+) Rp 1500 sampai 2000 = keuntungan orang Indonesia, entah siapa dan darimana dipungut angka konstanta Rp 1500 sampai 2000 ini. Kata mantan pejabat Pertamina, konstanta ini bersal "dari udara".

Tambah (+) margin 10 % = keuntungan orang Indonesia entah siapa? Dan entah darimana dipungut angka konstanta 10 % ini. Tak peduli harga naik atau turun, dia tetap dapat 10 %. Macam pemalakan.

Selanjutnya jual BBM di dalam negeri ditetapakan dengan rumus tambahan lagi yakni:
Plus (+) PPN 10%  Plus (+) PPH + Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) sebesar 5 % + plus pungutan pemerintah daerah (suka-suka pemda setempat) plus (+) ongkos angkut BBM Rp 200/liter untuk Jabodetabek. Luar Jabodetabek lebih mahal lagi.

Rumus-rumus itulah yang menjadi parasit yang menggerogoti kantong rakyat setiap beli BBM. Jadi kalau rakyat berhenti beli BBM, hilang uang dan bangkrut itu elite semua.

Namun sebaliknya, memaksakan diri membeli BBM rasanya kantong dan tenggorokan rakyat langsung kering. Merasa ditipu dengan harga ini. Pertamina pun dituduh masyarakat sebagai dalang. Padahal Pertamina cuma nurut aja.

Penulis adalah Pengamat dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Tulisan 'Adili Jokowi' Curahan Ekspresi Bukan Vandalisme

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:36

Prabowo Harus Mintai Pertanggungjawaban Jokowi terkait IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:26

Penerapan Dominus Litis Melemahkan Polri

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:03

Rontok di Pengadilan, Kuasa Hukum Hasto Sebut KPK Hanya Daur Ulang Cerita Lama

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:40

Senator Daud Yordan Siap Naik Ring Lagi

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:17

Penasihat Hukum Sekjen PDIP Bongkar Kesewenang-wenangan Penyidik KPK

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:53

Lewat Rumah Aspirasi, Legislator PSI Kota Tangerang Ajak Warga Sampaikan Unek-Unek

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:36

Ekonomi Daerah Berpotensi Merosot akibat Sri Mulyani Pangkas Dana TKD

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:15

Saat yang Tepat Bagi Prabowo Fokus MBG dan Setop IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:57

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Menuju Indonesia Emas

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:42

Selengkapnya