Berita

Dari kiri ke kanan: Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Ketua DPR RI Puan Maharanni/Net

Politik

Meski Di Bawah Anies, Ganjar Tak Punya Nasib Sama Dengan Puan Untuk Diusung PDIP Di 2024

MINGGU, 16 MEI 2021 | 23:49 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Nama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dalam survei Litbang Kompas menduduki urutan kedua calon presiden (capres) dengan elektabilitas tertinggi setelah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Namun, hal itu tidak sera merta membuat Ganjar bisa mendapat restu dari partainya, yaitu PDIP, untuk bisa melenggang bebas di panggung politik 2024.

Pasalnya, Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto memberikan satu analisis politik tentang rivalitas antara Ganjar dengan sejumlah kader moncer PDIP lainnya. Utamanya, Ketua DPR RI Puan Maharani yang dia anggap tampil sebagai seorang yang masuk kategori pilihan capres menurut asal partai yang sama.


"Meski ada Tri Rismaharini yang saat ini menjabat Mensos, akan tetapi popularitasnya masih jauh dari Puan apalagi dengan Ganjar. Karena mereka berada dalam satu partai yang sama dan hanya bisa membandingkan ketiganya di PDIP juga," ujar Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (16/5).

Tetapi tidak bisa dipungkri, Satyo mengakui kalau dalam beberapa survei terakhir nama Ganjar selalu dapat mengungguli popularitas Puan. Bahkan, posisi Ganjar berada jauh di atas Ketua DPR RI tersebut yang juga trah Soekarno dan calon suksesor Megawati di PDIP.

"Jika dibandingkan Puan, perjalanan karir politik Ganjar berbanding terbalik, dia tak memiliki banyak kemudahan seperti Puan, harap maklum karena cucu Soekarno dan anak Ketua Umum," jelas Satyo.

"Sedangkan Ganjar merangkak dari bawah, hanya kader biasa dan menjadi anggota DPR sejak 2004 hingga 2013 lantas mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Tengah pada 2013 dan menang dua periode hingga sekarang," sambungnya.

Meski begitu, Satyo memandang Ganjar tidak bisa otomatis diusung oleh parpol yang populer dengan partai 'Wong Cilik' tersebut, untuk maju ke Pilpres 2024.

"Mengapa? Ada beberapa sebab yang bisa diungkap. Pertama popularitas Ganjar tidak tinggi-tinggi amat, masih kalah moncer ketimbang popularitas Anies Baswedan dan posisinya tak jauh beda dengan Prabowo dan Ridwan Kamil atau Risma," kata Satyo.

Kemudian pertimbangan kedua kata Satyo, kultur dinasti politik yang masih terus di pupuk oleh PDIP dan trah Soekarno bahkan kini Jokowi pun melakukan hal yang sama, adalah satu pertimbangan khusus yang menentukan peluang Ganjar semakin tipisnikut kontestasi 2024.

"Megawati tentunya memiliki alasan kuat untuk meneruskan kekuasaan politik dari Jokowi ke suksesornya yang tentunya tidak boleh lebih berpengaruh dari trah Soekarno karena akan berdampak terhadap soliditas dan masa depan PDIP, maka kemungkinan kuat dukungan itu akan diberikan kepada Puan ketimbang ke Ganjar," terang Satyo.

"Jika dibandingkan dengan Pilpres 2014 tentu beda, saat itu popularitas dan elektabilitas Jokowi tidak ada yang sanggup menandingi, meski Megawati ada kemungkinan maju lagi namun pernah kalah 2 kali oleh SBY maka karena pertimbangan harus menang pilpres yang diusung pada akhirnya adalah Jokowi," pungkasnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya