Berita

Anggota Komisi IX DPR RI FPKS, Netty Prasetiyani Aher/RMOL

Politik

Inkonsistensi Pemerintah, PKS: Larang Mudik Tapi Beri Privilege Untuk TKA China

SELASA, 11 MEI 2021 | 15:58 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Pemerintah menunjukkan sikap inkonsisten dalam menekan laju penularan pandemi Covid-19 secara vulgar.

Salah satunya mengenai kebijakan larangan mudik lebaran 2021 kepada masyarakat. Kebijakan ini dirasa tidak adil tatkala muncul seratusan warga negara asing (WNA) asal China justru menyerbu Indonesia meski masih pandemi Covid-19.

"Pemerintah menyatakan dengan tegas bahwa mudik adalah kebijakan politik negara. Tapi, kok di sisi yang lain pemerintah memberikan keleluasaan bagi WNA yang akan menjadi TKA," ujar anggota Komisi IX DPR RI FPKS, Netty Prasetiyani Aher saat menjadi narasumber dalam diskusi daring Obrolan Bareng Bang Ruslan bertajuk 'Pemerintah Harusnya Jaga Perasaan Rakyat', pada Selasa (11/5).


Sikap pemerintah ini pun mengingatkan dirinya dengan insiden All England 2021 di mana kontingen timnas bulutangkis Indonesia harus ditarik dari lapangan lantaran ada salah seorang penumpang yang satu pesawat dengan tim Indonesia dinyatakan positif Covid-19.

Kala itu, pemerintah Inggris tetap ngotot meminta kontingen Indonesia dikarantina karena kontak dengan pasien Covid-19. Padahal tak satu pun pemain Indonesia positif Covid-19. Netty menjelaskan, hal itu sedianya menjadi contoh betapa perlakuan tegas dunia Internasional terhadap warga asing.

"Kok kita ini sangat longgar untuk urusan-urusan keselamatan rakyat Indonesia. Masuknya WNA ini (ke Indonesia) dari sudut kesehatan kok bertentangan dengan semangat pencegahan Covid-19," tuturnya.

Menurut Ketua Satgas Covid-19 DPP PKS ini, masuknya WNA ke Indonesia bukan tidak mungkin akan menjadi klaster bahkan menyebarkan varian baru Covid-19. Sebab masyarakat Indonesia acapkali diingatkan oleh pemerintah terkait adanya varian baru Corona seperti B117 dari Inggris.

"Ini mengesankan pemerintah ini inkonsisten. Ini yang akhirnya membuat masyarakat terusik, termasuk saya yang anggota dewan, kenapa ini kebijakan yang inkonsisten. Satu sisi masyarakat dilarang mudik, tapi kita memberikan privilege kepada WNA yang akan jadi TKA," tutupnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

PIP Berubah Jadi Kartu Undangan Kampanye Anggota DPR

Senin, 15 Desember 2025 | 06:01

Perpol versus Putusan MK Ibarat Cicak versus Buaya

Senin, 15 Desember 2025 | 05:35

Awas Revisi UU Migas Disusupi Pasal Titipan

Senin, 15 Desember 2025 | 05:25

Nelangsa Dipangku Negara

Senin, 15 Desember 2025 | 05:06

Karnaval Sarendo-Rendo Jadi Ajang Pelestarian Budaya Betawi

Senin, 15 Desember 2025 | 04:31

Dusun Bambu Jual Jati Diri Sunda

Senin, 15 Desember 2025 | 04:28

Korupsi di Bandung Bukan Insiden Tapi Tradisi yang Dirawat

Senin, 15 Desember 2025 | 04:10

Rektor UI Dorong Kampus Ambil Peran Strategis Menuju Indonesia Kuat

Senin, 15 Desember 2025 | 04:06

Hutan Baru Dianggap Penting setelah Korban Tembus 1.003 Jiwa

Senin, 15 Desember 2025 | 03:31

Jangan Keliru Tafsirkan Perpol 10/2025

Senin, 15 Desember 2025 | 03:15

Selengkapnya