Berita

Gurubesar Politik Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Din Syamsuddin/Net

Politik

Din Syamsuddin: Di Era Jokowi, Tuduhan Radikal Terkesan Sistematis, Masif, Terstruktur, Dan Berani

KAMIS, 06 MEI 2021 | 13:30 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Tuduhan radikal terhadap umat Islam dapat ditengarai datang dari kelompok-kelompok yang memiliki kekuasaan (the ruling groups), sehingga merasa mampu dan perlu menggembosi kekuatan umat Islam.

Hal tersebut, kata Gurubesar Politik Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Din Syamsuddin bisa dilihat dari kemunculan tuduhan tersebut. Dimulai dari bentuk penuduhan yang berujung pada penangkapan dan pemenjaraan.

“Juga ada modus lain yaitu menjerat figur-figur tertentu dengan alasan-alasan yang absurd,” ujarnya kepada redaksi, Kamis (6/5).

Din menjelaskan bahwa fenomena ini pernah terjadi pada era Soekarno dengan dipenjarakannya sejumlah tokoh Islam.

Sementara pada era Orde Baru, kalangan Islam dituduh sebagai ekstrim kanan dan anti Pancasila, walau Pemerintah Orde Baru kemudian sadar, bahkan Soeharto menampilkan pembelaan terhadap umat Islam.

“Pada Era Jokowi tuduhan radikal terhadap kalangan Islam terkesan berlangsung sistematis, masif, terstruktur, dan berani. Bahkan, tuduhan-tuduhan itu dilakukan oleh orang perorang yang dengan sombong dan berani menghina dan menistakan lambang-lambang Islam,” ujarnya.

Sayangnya, sambung Din Syamsuddin, terhadap pelakunya negara tidak selalu hadir, bahkan terkesan tidak adil.

Ada yang mencurigai dengan patut menduga bahwa tuduhan radikal terhadap kalangan Islam itu merupakan bagian dari sebuah operasi yang menggunakan muzzling approach atau pendekatan membungkam lawan.

Tidak bisa dilepas dari asumsi ini bahwa tuduan radikal yg juga diarahkan kepada figur-figur kritis terhadap penyelenggaraan negara adalah bagian dari pada mekanisme pengamanan diri (self defence mechanism) kaum oligarkis baik politik maupun ekonomi agar tetap menguasai.

“Kaum oligarki ini mengendalikan dengan membiayai para buzzer yang bertugas melakukan character assasination terhadap figur-figur umat Islam. Mereka berani dan bebas bergerak karena mendapat pengamanan dari aparatur negara, buktinya mereka tidak pernah terjerat hukum padahal sudah diadukan,” demikian mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya