Berita

Presiden Recep Tayyip Erdogan/Net

Dunia

Tak Terima Klaim Genosida Armenia, Erdogan Tantang Biden: Berapa Banyak Dokumen Yang Dimiliki AS?

SELASA, 27 APRIL 2021 | 07:26 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akhirnya memberi komentar atas pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menyebut peristiwa 1915 sebagai sebuah genosida.

Erdogan mengatakan, pernyataan Biden mengenai masalah tersebut sama sekali tidak berdasar dan bertentangan dengan fakta sejarah yang ada.

"Menyelidiki peristiwa sejarah dan mengungkapkan kebenaran harus diserahkan kepada para ahli, sejarawan, bukan politisi," kata Erdogan, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Senin (26/4).

"Saya dengan ini menyerukan kepada pihak berwenang AS untuk datang ke Turki dan memeriksa bukti kami sehubungan dengan tahun 1915," ujarnya.

Erdogan dalam pernyataan terbarunya itu juga mengatakan bahwa tidak ada bukti konkret atas klaim tentang peristiwa 1915.

"Saya berbicara berdasarkan bukti, tidak seperti Biden. Kami memiliki lebih dari 1 juta dokumen terkait peristiwa 1915 di arsip kami. Saya bertanya-tanya berapa banyak dokumen yang dimiliki Amerika Serikat," ujarnya.

Geng Armenia, yang berjumlah setidaknya 150.000 hingga 300.000 orang, melakukan pembantaian di wilayah Turki, menurut Erdogan. Geng Armenia juga bermitra dengan pasukan Rusia untuk melawan Turki. Otoritas Ottoman mengambil tindakan pencegahan.

Erdogan juga sekali lagi menyuarakan proposal Turki untuk membentuk komisi sejarah bersama.

"Sikap Turki tidak berubah. Peristiwa 1915 hanya dapat diterangi oleh sejarawan, bukan politisi. Kami belum menerima tanggapan dari mitra kami atas tawaran kami untuk membentuk komite sejarah bersama, meskipun kami telah menjamin untuk menyimpan arsip kami," katanya.

Pernyataan bias Presiden AS Biden pada peristiwa 1915 merusak hubungan bilateral Turki-Amerika, kata Erdogan. Ia meyakini, Biden tidak sendiri, melainkan karena tekanan dari tokoh-tokoh radikal Armenia.

"Relokasi orang-orang Armenia dilakukan di dalam Kekaisaran Ottoman, bukan deportasi ke negara lain. Waktu seminggu diberikan untuk bersiap dan mereka yang memiliki alasan dibebaskan dari relokasi," kata Erdogan.

Presiden juga menggarisbawahi kejahatan masa lalu AS, termasuk Perang Vietnam, bom nuklir yang dijatuhkan di Jepang dan lainnya, menekankan bahwa ada banyak insiden dalam sejarah AS yang dapat dicap sebagai "genosida".

Dengan pengakuan 'Genosida Armenia' tersebut, Biden menepati janji kampanye yang dia buat setahun lalu.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya