Berita

Pengamat Politik Islam dan Demokrasi, Muhammad Najib/Net

Muhammad Najib

Ijtihad Dalam Membangun Negara Islami

MINGGU, 25 APRIL 2021 | 17:59 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

PASCA keruntuhan Kesultanan Turki Usmani, sebagai akibat lanjutan dari kekalahannya dalam Perang Dunia Pertama, sejumlah negara dengan mayoritas penduduk Muslim mendapati dirinya dalam keadaan terjajah atau paria di bawah bayang-bayang penjajah Barat.

Bagi sejumlah kalangan, Turki Usmani dianggap sebagai Khilafah Islamiah, meskipun banyak fihak berbeda pendapat, mengingat Turki Usmani secara substansial tidak sepenuhnya mewarisi nilai-nilai Islam dalam kehidupan bernegara, sebagaimana dicontohkan Khulafahu Rasyidin, dan secara empiris tidak semua negara Muslim berada di bawah payung Kesulthanan Turki Usmani, disamping adanya Khilafah Islamiah yang lain seperti Maroko.

Pasca Perang Dunia Kedua, satu-persatu negara-negara Muslim menyatakan merdeka dan lepas dari penjajah, baik melalui proses diplomasi maupun perang kemerdekaan. Negara-negara ini baik secara sukarela maupun terpaksa kemudian mendirikan negara bangsa.

Perpaduan antara landasan teoritis yang tersedia dan realitas sosial politik yang dihadapi, kemudian melahirkan ijtihad para ulama dan para pejuang kemerdekaan dalam membentukan negara ideal yang mungkin bisa diwujudkan.

Menurut Abdul Aziz dalam bukunya: Negara Rasional (LKIS, 2021), setidaknya ada sejumlah model negara hasil dari ijtihad ini, antara lain: Maroko, Mesir, Pakistan, Saudi Arabia, Iran, dan Indonesia.

Bila menggunakan kerangka pikir ini, maka daripada masing-masing berusaha memaksakan kehendaknya untuk diikuti, yang kemudian menimbulkan pertentangan, bahkan perang tidak berkesudahan, dengan korban kerusakan fisik, hilangnya nyawa, banjir pengungsi yang memalukan, dan kemiskinan yang memilukan, mengapa ijtihad ini tidak dilanjutkan.

Dengan demikian, setiap negara akan fokus pada bagaimana mensukseskan negaranya sendiri Pada saat bersamaan dapat belajar dari pengalaman negara lain, dimana kelebihan dan kekurangannya, termasuk di dalamnya yang berupa keberhasilan maupun kegagalannya.

Bangsa Mesir dan Pakistan yang diwakili tokoh-tokoh Muslimnya, memiliki kesamaan dalam hal keleluasaannya untuk memilih bentuk negara, kemudian menetapkan bentuk negara-bangsa dengan merujuk keberhasilan sejumlah negara di Eropa sebagai model.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana meletakkan nilai-nilai ideal Islam dalam bernegara? Abdul Aziz dengan merujuk pada gagasan seorang cendekiawan Muslim yang juga aktivis politik Mesir bernama Al Tahtawi, yang berpendapat bahwa nilai-nilai Islam terkait negara  bersifat rasional dan universal, dengan demikian dapat diadopsi sebagai bagian dari hukum positif.

Bila ditarik lebih jauh, maka gagasan ini akan bertemu dengan pemikiran cendekiawan Muslim abad pertengahan yang bernama Ibnu Khaldun, yang menulis buku: Mukaddamah. Gagasan Ibnu Khaldun dalam kaitan ini disebut dengan "Negara Rasional".

Indonesia sebagai negara -bangsa dalam proses pembentukannya, meskipun memiliki kesamaan akan tetapi dalam batas tertentu memiliki perbedaan. Salah satu perbedaan yang menonjol adalah keterlibatan seluruh komponen bangsa, termasuk minoritas nonmuslim melalui tokoh-tokohnya.

Karena itu, Pancasila sebagai landasan ideologis negara-bangsa Republik Indonesia, ditempatkan sebagai kalimatun sawa (titik temu) diantara warga negaranya oleh Nurcholish Madjid.

Perintah untuk kembali ke kalimatun sawa (titik temu) di antara penganut agama yang berbeda, tercantum dalam Al Qur'an surah Ali Imran, ayat 46, menjadi sangat penting sebagai landasan religius bagi umat Islam. Menurut sejumlah tafsir, kalimatun sawa dimaknai sebagai kalimat Tauhid.

Pada saat bersamaan, semangat persatuan di antara umat Islam di seluruh dunia, diwadahi dalam bentuk Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang sekretariatnya berkedudukan di kota Jeddah, Saudi Arabia.

Penulis merupakan Pengamat Politik Islam dan Demokrasi

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Makan Bergizi Gratis Ibarat Es Teh

Jumat, 14 Februari 2025 | 07:44

UPDATE

Prabowo Tegaskan Pentingnya Retret Kepala Daerah: Yang Ragu-ragu Mundur!

Kamis, 20 Februari 2025 | 13:33

Pramono-Rano Harus Libatkan Masyarakat Betawi Bangun Jakarta

Kamis, 20 Februari 2025 | 13:29

Apple Luncurkan iPhone 16e untuk Dongkrak Penjualan, Segini Harganya

Kamis, 20 Februari 2025 | 13:22

Absen di Sertijab Gubernur DKI Jakarta, Jokowi Disoraki

Kamis, 20 Februari 2025 | 13:16

Nikita Mirzani Resmi Tersangka Pemerasan

Kamis, 20 Februari 2025 | 13:16

Manajemen Demokrasi

Kamis, 20 Februari 2025 | 13:08

Lalin Depan Istana Padat Merayap Usai Pelantikan Kepala Daerah

Kamis, 20 Februari 2025 | 12:58

Prabowo Harus Segera Pecat 'Raja Kecil'

Kamis, 20 Februari 2025 | 12:48

Konser Dua Hari Non Stop Band Rock Legendaris Dunia Guncang Jakarta

Kamis, 20 Februari 2025 | 12:44

Prabowo Salami 961 Kepala Daerah yang Baru Dilantik

Kamis, 20 Februari 2025 | 12:38

Selengkapnya