Berita

Pertemuan Erdogan dengan dua pemimpin UE yang berujung pada insiden Sofagate/Net

Dunia

Skandal Kursi: Erdogan Adalah 'Korban' Yang Sebenarnya Dari Perselisihan Lama Dua Pemimpin UE

SENIN, 12 APRIL 2021 | 10:24 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

'Skandal Kursi' yang terjadi di Ankara masih terus menjadi pembahasan publik, menyusul perseteruan baru Antara Turki dan Italia yang dipicu oleh kecaman Perdana Menteri PM Mario Draghi Yang Sebut Erdogan Diktator.

Yang mengejutkan, media di Jerman dan Prancis menyebut bahwa Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen "dikerjai'  dalam kunjungan hari Selasa itu dan Turki-lah yang menjadi  'korban'. 

Media Jerman Der Speigel, menyoroti bagaimana Von der Leyen dibiarkan berdiri sebentar sebelum dia duduk di sofa, sementara Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Recep Tayyip ErdoÄŸan sudah duduk di kursi terpisah.

Dalam artkel 'Bagaimana UE mempermalukan dirinya sendiri di panggung dunia', media itu menyayangkan sikap Michel, daripada tuan rumah Turki yang berulang kali menggarisbawahi bahwa mereka telah menyiapkan pengaturan tempat duduk yang sejalan dengan keinginan UE.

Ini semakin memperlihatkan 'adegan perebutan kekuasaan yang aneh' antara Michel dan von der Leyen selama ini, seperti dikutip dari Anadolu Agnecy, Minggu (11/4).

Banyak yang mengamati telah terjadi perselisihan yang signifikan antara kedua pemimpin UE selama berbulan-bulan. Michael dilaporkan menuntut peran yang lebih besar dan tidak terbatas sebagai tuan rumah KTT UE, sedangkan Von der Leyen mendorong untuk mengambil alih kemudi komisi geopolitik untuk membayangi dunia dengan perdagangannya dan kekuatan regulasi.

Poin lain dalam artikel tersebut adalah bahwa tim protokol von der Leyen tidak datang ke Ankara karena pembatasan pandemi Covid-19, sementara tim Michel telah berada di ibu kota dan membuat penyesuaian tempat duduk dengan pejabat Turki menjelang pertemuan tersebut.

Mengutip foto yang dirilis oleh tim Michel setelah KTT para pemimpin Uni Eropa terbaru yang diadakan secara online bulan lalu, menunjukkan Michel lebih banyak menghabiskan waktunya bersama kepala pemerintahan dan negara bagian dari 27 anggota blok itu.

Sebelumnya, kedua pihak UE telah berkumpul pada jamuan makan malam di Ankara sebelum peristiwa 'Skandal Kursi' terjadi. Beberapa ketegangan protokoler sempat terjadi, tetapi telah diredam oleh pejabat kepresidenan.  

Sebelum makan malam itu, salah satu konsultan von der Leyen memperhatikan bahwa kursi Michel dan Presiden ErdoÄŸan terasa lebih tinggi daripada yang lain. Staf protokol di Kompleks Kepresidenan pun segera mengganti kursi Von der Leyen dengan kursi yang lebih besar.

Di Prancis, surat kabar L'Opinion mengatakan Turki adalah 'korban' dalam perselisihan antara kelas berat UE.

Realitanya, perselisihan dua pemimpin itu lebih besar daripada sekedar 'Skandal Kursi' di Ankara. Ketika insiden itu terjadi, justru Turki-lah yang menjad korban 'pertengkaran antara tokoh penting Brussel'.

Selayaknya, menurut media Prancis itu, jika mengikuti etika dan kesopanan, Michel tetap berdiri sampai Von der Leyen mendapat tempat duduknya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, 'Michel tetap duduk dengan tenang'.

Arnaud Danjean , anggota Parlemen Eropa dari Partai Republik (LR) kanan-tengah di Prancis, yang pandangannya ditampilkan dalam laporan itu, mengatakan, hubungan kedua pemimpin UE itu penuh kebencian sejak hari pertama!

"Episode di Turki itu justru yang terlihat. Padahal ada insiden hampir setiap hari antara mereka dan tim mereka. Protokol, komunikasi, atribusi, ini pertarungan permanen."

Komisi Uni Eropa menyatakan bahwa von der Leyen harus diperlakukan setara dengan Michel dalam protokol.

Namun, banyak diplomat serta mantan presiden Komisi Uni Eropa, Jean-Claude Juncker, berpendapat bahwa dalam protokol UE, Presiden Dewan UE harus lebih diutamakan daripada Presiden Komisi UE.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya