Berita

Ladang kapas di Kota Dolatbag di Kabupaten Bachu, Daerah Otonomi Xinjiang Uygur/Net

Dunia

Pakar Pakistan: Boikot Kapas Xinjiang Buktikan Kegugupan Negara Barat

SABTU, 03 APRIL 2021 | 06:55 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Seorang pakar tersohor mengomentari tudingan 'kerja paksa' di wilayah Xinjiang dan boikot terhadap kapas di wilayah itu yang diberlakukan oleh Better Cotton Initiative (BCI).

Dalam wawancaranya bersama media China, Ketua Asosiasi Produsen Kapas Pakistan, Jassu Mal, yang telah beberapa kali berkunjung ke Xinjiang dan menyaksikan kemajuan industri kapas di wilayah itu, mengatakan bahwa tuduhan itu tidak berdasar dan bermotif politik.

"Organisasi (BCI) belum membuktikannya melalui penelitian terperinci," katanya.

Ia menambahkan bahwa pemeriksaan lapangan yang dilakukan pihaknya secara jelas telah menunjukkan bahwa produksi kapas Xinjiang telah melalui mekanisme dan prosedur internasional berstandar tinggi, yang dapat mengurangi kebutuhan para pekerja sehingga bisa memangkas biaya.

Menurutnya, dari tuduhan-tuduhan itu menunjukkan bahwa BCI telah digunakan oleh pasukan anti-China untuk memfitnah dan menekan China.

"China adalah produsen kapas utama di dunia, seluruh kampanye tampaknya memiliki beberapa agenda politik dan ekonomi," ujarnya, seperti dikutip dari Xinhua, Jumat ( 2/4). Sementara penyebutan wilayah Xinjiang hanyalah alasan untuk menemukan cara menyebarkan informasi yang salah terhadap industri kapas China yang sedang berkembang.

"Perkembangan pesat industri tekstil China membuat orang di Barat mengangkat alis mereka, dan boikot baru-baru ini menunjukkan kegugupan negara-negara Barat," katanya.

Ia menambahkan, kampanye semacam itu, dengan dalih pelanggaran hak asasi manusia, hanya akan mempersulit kehidupan masyarakat di kawasan itu dan pada akhirnya merugikan perdagangan dan bisnis internasional. Alih-alih melakukan kampanye fitnah dan 'permainan menyalahkan', bersaing secara adil justru dapat membawa manfaat bagi semua pemangku kepentingan.

Di mata Mal, BCI tidak begitu berwibawa dan tidak memiliki banyak pengaruh di Pakistan.

"Di Pakistan, praktik yang ditentukan oleh organisasi, termasuk pelatihan petani lokal, sebagian besar tidak diterapkan," katanya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya