Berita

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, kanan, dan mitranya dari China Wang Yi, berpose untuk foto pada awal pertemuan mereka di Teheran, Iran, 27 Maret 2021/Net

Dunia

Mantan Kepala Intel IDF: Israel Khawatir Tentang Megadeal Iran-China

SELASA, 30 MARET 2021 | 15:08 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Israel merasa 'khawatir' dengan kemitraan strategis dan perjanjian investasi antara China dan Iran.

Tokoh intelijen terkenal dan mantan kepala dinas intelijen militer Israel (IDF), Amos Yadlin, mengatakan keprihatinannya dengan dokumen Rencana Kerja Sama Komprehensif Iran-China tersebut. Menurutnya, itu akan membuat China bisa lebih agresif dengan Biden.

Rincian mengenai perjanjian memang tidak dipublikasikan, tetapi ada laporan bahwa kedua negara akan saling bertukar informasi.


Klausul yang dilaporkan dalam kesepakatan besar kerja sama strategis 25 tahun yang ditandatangani oleh Iran dan China pada Sabtu ahir ekan lalu, mencakup komitmen untuk kerja sama militer, termasuk di dalamnya pelatihan bersama, penelitian, dan berbegai informasi intelijen.

"Salah satu klausul yang paling mengkhawatirkan dalam perjanjian antara Iran dan China adalah pembagian intelijen," katanya, seperti dikutip dari Time of Israel, Selasa (30/3).

Dengan klausul itu, yang dilaporkan dalam rancangan tahun lalu, China menempatkan dirinya di tempat yang, hingga hari ini, belum pernah terjadi sebelumnya.

Secara fundamental, China menentang bom nuklir Iran, tetapi di sisi lain tidak membantu menghentikan Iran, menurut Yadlin. "Iran, juga, membutuhkan dukungan politik yang dimiliki China untuk menghentikan Amerika Serikat yang telah menekannya."

China memahami bahwa pemerintahan Biden bukanlah pemerintahan Trump, dan mereka bisa jauh lebih agresif.

Komentar Yadlin muncul setelah China dan Iran menandatangani Kemitraan Strategis Komprehensif pada hari Sabtu, perjanjian strategis selama 25 tahun antara kedua negara untuk mengatasi masalah ekonomi di Iran di tengah sanksi AS yang melumpuhkan.

China adalah mitra dagang utama Iran dan merupakan salah satu pembeli terbesar minyak Iran sebelum Presiden AS Donald Trump menerapkan kembali sanksi sepihak pada tahun 2018 setelah meninggalkan perjanjian nuklir multilateral dengan Teheran.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya