Berita

Kemenlu Taiwan/Net

Dunia

Ratusan Demonstran Tewas Dalam Satu Hari, Taiwan Kecam Militer Myanmar

SENIN, 29 MARET 2021 | 13:16 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kementerian Luar Negeri Taiwan menyatakan kecamannya atas kekerasan yang terus terjadi di Myanmar, terutama setelah kejadian berdarah dalam aksi unjuk rasa akhir pekan lalu.

Protes minggu kedelapan di Myanmar berakhir dengan satu hari paling mematikan sejak demonstran pertama kali turun ke jalan untuk memprotes kudeta yang menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis di negara itu.

Sabtu (27/3), sedikitnya 114 orang tewas oleh pasukan keamanan, termasuk seorang anak berusia 13 tahun, menurut kantor berita independen lokal.

"Taiwan menyatakan kecaman serius atas penggunaan terus menerus kekuatan mematikan oleh militer Myanmar untuk menekan pengunjuk rasa damai. Sebagai negara yang merangkul perdamaian, kebebasan, dan demokrasi, Taiwan tidak dapat menerima kekerasan terhadap warga sipil di negara Asia Tenggara," kata pernyataan Kemenlu Taiwan, seperti dikutip dari Taiwan News, Minggu (28/3).

Kementerian lebih lanjut menyatakan bahwa tindakan keras junta Myanmar hanya memperburuk situasi kacau, yang telah berdampak serius pada masyarakat, politik, dan ekonomi negara itu.

Mengatakan militer Myanmar "tidak dapat menghindari kesalahan," MOFA mendesaknya untuk menghentikan penggunaan kekuatan dan sebaliknya menyelesaikan konflik dengan "dialog damai dan rasional" dan memulihkan proses demokrasi negara itu.

Kepala pertahanan Inggris, AS, Jepang, Australia, dan delapan negara lainnya juga menerbitkan pernyataan bersama yang mengutuk pembunuhan hari Sabtu, yang bertepatan dengan Hari Angkatan Bersenjata tahunan Myanmar.

"Seorang militer profesional mengikuti standar perilaku internasional dan bertanggung jawab untuk melindungi - bukan merugikan - orang-orang yang dilayaninya," bunyi pernyataan itu.

Sementara, Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken menyatakan di Twitter bahwa AS "ngeri dengan pertumpahan darah yang dilakukan oleh pasukan keamanan Burma, menunjukkan bahwa junta akan mengorbankan nyawa rakyat untuk melayani segelintir orang."

Militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw, mengumumkan keadaan darurat pada 1 Februari lalu dan menguasai pemerintah, mengutip klaim penipuan yang tidak berdasar dalam pemilihan parlemen akhir tahun lalu.

Militer juga telah menangkap Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan banyak pemimpin lain di partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi dalam kudeta tersebut. 

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya