Berita

Bentrokan antara petugas keamanan dan warga di Myanmar/Net

Dunia

Kekerasan Junta Myanmar, PBB: Kecaman Saja Tidak Cukup, Dunia Harus Bertindak

MINGGU, 28 MARET 2021 | 10:59 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Dunia harus segera mengambil tindakan atas kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap warga sipil karena kecaman dan kutukan sudah tidak lagi berarti.

Begitu yang disampaikan oleh Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Tom Andrews ketika menanggapi insiden berdarah pada Sabtu (27/3) atau ketika Hari Angkatan Bersenjata Myanmar yang menewaskan 114 orang.

Myanmar Now melaporkan, dari 40 orang yang meninggal di Mandalay, salah seorangnya adalah gadis 13 tahun. Seorang anak berusia 13 tahun lainnya juga meninggal di Sagaing Tengah.


"Kata-kata kecaman atau keprihatinan terus terang terdengar hampa bagi rakyat Myanmar sementara junta militer melakukan pembunuhan massal terhadap mereka," ujarnya dalam sebuah pernyataan yang dikutip CNA, Minggu (28/3).

"Rakyat Myanmar membutuhkan dukungan dunia. Kata-kata saja tidak cukup. Sudah lewat waktu untuk tindakan yang kuat dan terkoordinasi," lanjut dia.

Andrews juga mengatakan, jika Dewan Keamanan PBB tidak dapat mengambil tindakan, maka diperlukan pertemuan puncak darurat internasional. Di mana dunia harus mengisolasi junta Myanmar dari pendanaan hingga akses ke senjata.

Banyaknya korban berjatuhan membuat warga Myanmar semakin geram dengan junta dan menjanjikan aksi protes yang lebih kuat lagi pada Minggu.

"Kita memberi hormat kepada para pahlawan yang mengorbankan nyawa selama revolusi ini dan Kita Harus Memenangkan REVOLUSI Ini," ujar salah satu kelompok protes, Komite Pemogokan Umum Nasional (GSCN) lewat unggahan di Facebook.

Selain menggunakan kekerasan pada warga sipil, tentara juga melakukan pertempuran dengan kelompok etnis bersenjata.

Jet militer telah menewaskan sedikitnya tiga orang dalam serangan di sebuah desa yang dikendalikan oleh kelompok bersenjata dari minoritas Karen, setelah faksi Serikat Nasional Karen sebelumnya mengatakan telah menyerbu sebuah pos militer di dekat perbatasan Thailand.

Dalam pidatonya, Jenderal Senior Min Aung Hlaing sebagai pemimpin junta mengatakan militer akan melindungi rakyat dan memperjuangkan demokrasi.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Cetak Rekor 4 Hari Beruntun! Emas Antam Nyaris Tembus Rp2,6 Juta per Gram

Rabu, 24 Desember 2025 | 10:13

Saham AYAM dan BULL Masuk Radar UMA

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:55

Legislator PKB Apresiasi Langkah Tegas KBRI London Laporkan Bonnie Blue

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:44

Prabowo Bahas Kampung Haji dengan Sejumlah Menteri di Hambalang

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:32

Pejabat Jangan Alergi Dikritik

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:31

Saleh Daulay Dukung Prabowo Bentuk Tim Arsitektur Perkotaan

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:26

Ribuan Petugas DLH Diterjunkan Jaga Kebersihan saat Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:21

Bursa Asia Bergerak Variatif Jelang Libur Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13

Satu Hati untuk Sumatera: Gerak Cepat BNI & BUMN Peduli Pulihkan Asa Warga

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:04

Harga Minyak Naik Jelang Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya