Berita

Polisi bergerak maju untuk membubarkan massa anti-kudeta di Mandalay, Myanmar/Net

Dunia

Gadis Tujuh Tahun Tewas Ditembak Di Myanmar, Api Kemarahan Terhadap Junta Militer Makin Berkobar

RABU, 24 MARET 2021 | 16:25 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kematian seorang anak perempuan berusia tujuh tahun di rumahnya sendiri telah menyulut api kemarahan baru terhadap militer Myanmar pada Rabu (24/3) waktu setempat. Laporan terbaru mengatakan, sejauh ini setidaknya 20 anak sekarang dilaporkan tewas sejak junta mengambil alih pemerintahan.

Media lokal melaporkan, sebuah kekacauan terjadi di Mandalay pada Selasa (23/3) malam yang diwarnai aksi pembakaran barikade, penangkapan, penggerebekan rumah-rumah oleh pasukan keamanan, pemukulan dan senapan mesin yang terdengar di beberapa lingkungan.

Bangkok Post melaporkan, Rabu (24/3), ada tiga orang tewas dalam kejadian tersebut, termasuk Khin Myo Chit, bocah 7 tahum yang ditembak mati di rumahnya di Mandalay, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok pemantau lokal.

Kelompok bantuan Save the Children dan AAPP keduanya mengatakan bahwa setidaknya 20 orang berusia di bawah 18 tahun tewas dalam tindakan keras tersebut.

“Kami ngeri bahwa anak-anak terus menjadi sasaran serangan fatal terhadap pengunjuk rasa damai ini,” kata Save the Children dalam sebuah pernyataan.

“Keselamatan anak-anak harus dilindungi dalam semua keadaan dan kami sekali lagi meminta pasukan keamanan untuk segera mengakhiri serangan mematikan terhadap pengunjuk rasa ini,” lanjutnya.

Badan amal itu mengatakan pihaknya juga sangat mengkhawatirkan "ratusan anak muda" yang ditahan.

Junta Myanmar pada hari Selasa mempertahankan tindakan keras selama tujuh minggu, bersikeras tidak akan mentolerir "anarki".

AAPP telah memverifikasi 275 kematian sejak kudeta, tetapi memperingatkan jumlah korban bisa lebih tinggi, dan mengatakan lebih dari 2.800 orang telah ditahan.

Namun, juru bicara Junta, Zaw Min Tun menyebutkan jumlah korban tewas lebih rendah menjadi 164, dan menyebut para korban sebagai "orang-orang teroris yang kejam" pada konferensi pers hari Selasa di ibu kota Naypyidaw.

Rezim tersebut telah melancarkan gelombang kekerasan yang mematikan saat berjuang untuk memadamkan protes nasional terhadap kudeta 1 Februari dan penangkapan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya