Berita

Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah/Net

Politik

Dedi Kurnia Menduga Tawaran Jabatan Komisaris Berasal Dari Pemerintah Bukan MUI

SENIN, 22 MARET 2021 | 05:54 WIB | LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA

Informasi terkait adanya permintaan jabatan komisaris BUMN dari MUI diduga berasal dari Kementerian BUMN sendiri.

Laporan Majalah Tempo menyebutkan bahwa saat proses fatwa MUI terkait vaksin AstraZeneca diduga ada lobi pengurus MUI yang meminta jabatan komisiaris BUMN.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah berpendapat inisatif jabatan komisaris justru berasal dari pihak pemerintah.

Indikasinya, pada periode kedua pemerintahan Joko Widodo, indikasi akomodasi politik sangat dilakukan seluas-luasnya.

"Terkesan memang pemerintah yang berupaya seluas-luasnya menarik semua elemen bangsa untuk masuk ke pemerintah, termasuk di dalamnya mengakonodasi sebagai konisaris," demikian kata Dedi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (22/3).

Ia menduga akomodasi politik terkait jabatan Komisaris semata-mata untuk stabilitas bukanlah bermotif kinerja murni. Kata Dedi, hal itu oatut disayangkan jika dilakukan oleh pemerintah.

Seharusnya, kata Dedi, BUMN dapat menjadi perusahaan negara yang bekerja secara profesional.

"Mengingat BUMN semestinya tidak perlu menyenangkan semua pihak, ia justru dituntut profesional dan memahami bidang yang menjadi beban kerja," demikian kata Dedi.

Sesaat sebelum kedatangan vaksin AstraZeneca, Senin (8/3) Menkes Budi Gunadi Sadikin bersama kepaal BPOM, Kepala BNPB bertandang ke Kantor MUI.

Dalam pertemuan itu, Pemerintah berusaha menjelaskan tentag program vaksinasi Covid-19).

Pertemuan mengalami perdebatan karena di dalam vaksin buatan Inggris itu terdapat unsur babi.

Hal inilah yang kemudian memicu perdebatan. Di tengah perdebatan itu, disebutkan ada beberapa pengurus MUI yang meminta jabatan komisaris BUMN.

Informasi ini dibantah oleh anggota Komisi Fatwa MUI, Aminuddin Yakub.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

UPDATE

Koalisi PAN dan Gerindra Kota Bogor Berlanjut di Pilwalkot 2024

Jumat, 26 April 2024 | 05:34

Budidaya Nila Salin di Karawang Hasilkan Omzet Puluhan Miliar

Jumat, 26 April 2024 | 05:11

Soal Pertemuan Prabowo-Mega, Gerindra: Sedang Kita Bangun, Insya Allah

Jumat, 26 April 2024 | 04:51

Puluhan Motor Hasil Curian

Jumat, 26 April 2024 | 04:38

Gerakan Koperasi: Melawan Kapitalisme, Menuju Sosialisme?

Jumat, 26 April 2024 | 04:12

Menang Dramatis Lawan Laskar Taeguk, Tim Garuda Lolos Semifinal Piala Asia U-23

Jumat, 26 April 2024 | 03:33

Guyon PKB-PKS

Jumat, 26 April 2024 | 03:18

Pilot Project Budidaya Udang Tradisional Makin Moncer di Maros

Jumat, 26 April 2024 | 02:57

Gerindra Dukung Ahmad Ali Maju Pilgub Sulteng

Jumat, 26 April 2024 | 02:32

Hasil Jual Motor Curian Digunakan Pelaku untuk Modal Judi Slot

Jumat, 26 April 2024 | 02:11

Selengkapnya