Sejumlah analis Tiongkok menyambut baik rencana kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov ke China pada 22 dan 23 Maret mendatang, atau tepat dua hari setelah pertemuan tingkat tinggi pertama China-AS.
Para analis mengatakan, kunjungan tersebut sangat penting karena koordinasi erat China-Rusia akan mengimbangi dampak dari masalah AS, setelah negara adidaya itu melakukan dialog 2+2 yang baru saja diselesaikan dengan Jepang dan Korea.
Waktu kunjungan Lavrov juga patut diperhatikan, karena itu berarti Rusia adalah negara pertama yang berbagi informasi dan pendapat dengan China tentang masalah-masalah utama setelah China-AS melakukan komunikasi tatap muka, yang menunjukkan China dan Rusia memiliki saling percaya strategis yang dalam dan saling mendukung pada kepentingan inti.
"Sejak AS berkonsultasi dengan sekutunya Jepang dan Korea Selatan sebelum bertemu dengan China, China juga dapat berbagi informasi dengan mitra strategisnya yang juga menghadapi tekanan ekstrim dan permusuhan dari AS," kata para analis, seperti dikutip dari
Global Times, Kamis (18/3).
Mereka juga mencatat, ketika AS yakin dapat menggunakan sekutunya untuk menahan atau menghadapi China dan Rusia, kedua kekuatan besar ini juga akan berdiri lebih dekat untuk mengatasi tekanan yang disebabkan oleh Washington.
Profesor di Institut Hubungan Internasional Universitas Urusan Luar Negeri China, Li Haidong mengatakan bahwa China dan Rusia menikmati tingkat kepercayaan, koordinasi, dan interaksi strategis yang tinggi, yang dapat meredakan ketidakstabilan di kawasan yang disebabkan oleh AS dan sekutunya.
"Kemitraan China-Rusia juga melayani kepentingan sebagian besar negara di kawasan Asia-Pasifik karena dapat menyeimbangkan dan secara efektif menghalangi hegemoni AS untuk mencampuri urusan kawasan," kata Li.
Sementara, Wu Xinbo, direktur Pusat Studi Amerika Universitas Fudan, mengatakan kunjungan Lavrov menandai dimulainya kembali pertukaran tingkat tinggi reguler dan dialog strategis antara China dan Rusia.
"China dan Rusia adalah mitra koordinasi strategis yang komprehensif ... dan kedua belah pihak telah menghadapi tekanan dan intimidasi dari AS. Jadi, wajar jika kedua belah pihak memperkuat koordinasi, yang melayani kepentingan kedua negara," kata Wu.
Mengenai semakin eratnya hubungan antara China-Rusia, para ahli yang dihubungi oleh Global Times mengatakan: AS-lah yang memaksa China dan Rusia untuk bergerak lebih dekat.