Berita

RMOL World View bertajuk "HAM dan Tantangan di Dunia Internasional" pada 15 maret 2021/Repro

Dunia

Krisis HAM Terjadi Ketika Negara Fokus Mengejar Pencapaian Semu Hingga Mengorbankan Nyawa

SENIN, 15 MARET 2021 | 17:14 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Kondisi hak asasi manusia (HAM) di suatu negara pada dasarnya dapat dilihat dari proses politik yang berkembang. Di mana erosi HAM terjadi ketika negara tidak memprioritaskan masyarakatnya.

Pendiri Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja menjelaskan, HAM merupakan hak dasar bagi manusia yang memiliki sifat universal, inalienable (tidak bisa diambil), indivisible (tidak bisa separuh), dan interdependen.

"HAM itu tidak diberikan oleh siapa pun, tetapi melekat dari lahir. Jadi bukan diberikan oleh negara (karena) hakikatnya, manusia itu bebas dan bermartabat," jelasnya dalam RMOL World View bertajuk "HAM dan Tantangan di Dunia Internasional" pada Senin (15/3).

"Satu nyawa, harganya sama mahalnya dengan sejuta nyawa," tambah Dinna.

Mantan perwakilan Indonesia untuk Komisi Hak-Hak Asasi Manusia Antarnegara ASEAN (AICHR) itu mengatakan, penanggungjawab HAM merupakan negara, sehingga pelanggar HAM yang utama adalah negara.

Dengan begitu, Dinna mengatakan, negara yang gagal adalah mereka yang tidak mampu melindungi HAM masyarakatnya.

Situasi tersebut, lanjutnya, terjadi ketika sebuah negara demokrasi berupaya untuk melanggengkan kekuasaan dengan menekan hak-hak masyarakat sipil.

"Awalnya pelan-pelan hanya menekan orang-orang untuk tidak boleh muncul ke TPS, kemudian sudah ada hasilnya tidak diakui. Ada pembatasan gerak gerik partai oposisi, dan media massa itu juga semakin terbatas. Itu tanda-tanda HAM semakin tererosi," jelasnya.

Selain itu, Dinna juga menyebut, krisis HAM terjadi ketika negara fokus pada pencapaian-pencapaian semu, dan tidak menjadikan manusia yang di dalamnya sebagai prioritas.

"Ada krisis HAM (karena) yang diutamakan itu banyak hal yang lain, (seperti) kestabilan negara, pembangunan ekonomi, dan bukannya manusianya," pungkasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya