Berita

Akademisi Inggris-Australia Kylie Moore-Gilbert/Net

Dunia

Pengakuan Akademisi Australia-Inggris: Dipaksa Jadi Mata-mata Iran Dan Menderita Psikologis Dalam 'Kotak 2 X 2 Meter'

RABU, 10 MARET 2021 | 18:21 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Akademisi Inggris-Australia, yang dipenjara di Iran tahun lalu karena tuduhan sebagai mata-mata, mengungkapkan bagaimana dia diperlakukan selama di dalam penjara. Dalam sebuah wawancara televisi, ia mengatakan begitu tersiksa.

Kylie Moore-Gilbert yang dikurung di sel isolasi selama tujuh bulan, mengatakan, pihak berwenang Iran mencoba merekrutnya sebagai mata-mata selama penahanannya. Ia juga mengalami 'penyiksaan psikologis' dan itu membuatnya nyaris bunuh diri.

Moore-Gilbert mengatakan kepada Sky News bahwa ruangan pertama tempat dia ditahan adalah 'kotak berukuran dua meter kali dua meter', tanpa toilet.


"Saya akan mengatakan (itu) ruang isolasi yang ekstrim, dirancang untuk menghancurkan Anda. Ini penyiksaan psikologis," katanya.

Dia merasa begitu terpukul dan hancur. Kebebasannya sebagai manusia direnggut paksa atas tuduhan tidak berdasar. "Aku merasa jika aku harus menanggung hari lain seperti ini, kau tahu, jika aku bisa aku bunuh diri saja," katanya pedih.

Tuduhan bahwa dia adalah mata-mata, disebutnya 'gila'.

"Tidak ada bukti bahwa saya menjadi mata-mata untuk negara mana pun. Bahkan Pengawal Revolusi tidak dapat menentukan negara mana yang seharusnya saya mata-matai," katanya.

Dia pernah dipukuli oleh penjaga penjara dan disuntik secara paksa dengan obat penenang. Di bawah ancaman, Moore-Gilbert sangat tidak berdaya. Otoritas Iran mengatakan akan membebaskannya jika dia setuju untuk menjadi mata-mata mereka.

Dalam saluran CNN Sky News Australia, Selasa (9/3), Moore-Gilbert mengatakan dia berterima kasih kepada pemerintah Australia yang telah membantu membebaskannya. Namun, dia tidak yakin apa yang disebut diplomasi diam-diam adalah pendekatan yang tepat, karena situasinya di penjara membaik setelah namanya diungkapkan oleh pers pada 2019. Ini juga menjadi kritikannya kepada Australia.

Moore-Gilbert, seorang dosen Studi Islam di Universitas Melbourne, ditangkap di Iran pada September 2018. Ia  ditangkap di bandara Teheran dan dituduh sebagai mata-mata di tengah ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat. Moore-Gilbert dinyatakan bersalah melakukan spionase.

Iran telah menahan sejumlah warga negara asing dan warga yang memiliki kewarganegaraan ganda dalam beberapa tahun terakhir. Banyak dari mereka atas tuduhan mata-mata. Kelompok hak asasi manusia dan pemerintah menuduh Teheran menggunakan kasus tersebut sebagai pengaruh untuk mencoba mendapatkan konsesi dari negara lain.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya