Berita

Aksi protes warga terhadap perlakuan China di Uighur/Net

Dunia

Investigasi: Perlakuan China Terhadap Uighur Melanggar Konvensi Genosida PBB

RABU, 10 MARET 2021 | 16:13 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sebuah laporan mengungkapkan bukti-bukti perlakuan China terhadap Muslim Uighur yang 'kejam dan sistemtis' yang bisa disamakan dengan pelanggaran konvensi PBB 1948.

Investigasi yang diterbitkan oleh Newlines Institute for Strategy and Policy itu menyatakan, berdasarkan tinjauan ekstensif terhadap bukti yang tersedia dan penerapan hukum internasional', Partai Komunis China (PKC) dengan jelas memperlihatkan niat untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, bangsa, etnis, ras atau agama dan kelompok.

Newlines Institute for Strategy and Policy, adalah aplikasi ahli independen pertama dari Konvensi Genosida 1948 terhadap perlakuan yang sedang berlangsung terhadap Uyghur di China.

"Dengan demikian, Beijing telah melanggar Pasal II Konvensi Genosida," isi laporan itu, seperti dikutip dari SBS, Rabu (10/3).

Bukti yang disajikan antara lain penahanan massal, pencegahan kelahiran massal, pemindahan paksa anak, skema kerja paksa, pemberantasan identitas Uyghur, serta sasaran para intelektual dan tokoh masyarakat lainnya.

"Niat untuk menghancurkan Uighur sebagai sebuah kelompok berasal dari bukti obyektif, yang terdiri dari kebijakan dan praktik Negara yang komprehensif, yang digerakkan oleh Presiden Xi Jinping, otoritas tertinggi di China," kata laporan itu.

Disebutkan dalam laporan itu bagaimana orang Uighur menderita penyiksaan sistematis dan perlakuan kejam yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat. Termasuk pemerkosaan, pelecehan seksual, dan penghinaan publik, baik di dalam maupun di luar kamp.

“Oleh karena itu, laporan ini menyimpulkan bahwa China memikul tanggung jawab Negara atas genosida yang sedang berlangsung terhadap Uyghur, yang melanggar Konvensi Genosida,” tegas laporan itu.

Seiring kian gencarnya tuduhan negara-negara Barat, Beijing pun semakin gencar membantah tuduhan tersebut.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi juga berkali-kali mengeluarkan bantahan. Dia menggambarkan ini sebagai rumor yang dibuat dengan motif tersembunyi, dan kebohongan terus menerus.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Terobosan Baru, Jaringan 6G Punya Kecepatan hingga 100 Gbps

Selasa, 07 Mei 2024 | 12:05

172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah Serentak Gelar Aksi Bela Palestina Kutuk Israel

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:54

Usai Terapkan Aturan Baru, Barang Kiriman TKI yang Tertahan di Bea Cukai Bisa Diambil

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:37

MK Dalami Pemecatan 13 Panitia Pemilihan Distrik di Puncak Papua ke Bawaslu dan KPU

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:29

Tentara AS dan Pacarnya Ditahan Otoritas Rusia

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:18

Kuasa Pemohon dan Terkait Sama, Hakim Arsul: Derbi PHPU Seperti MU dan City

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:11

Duet PDIP-PSI Bisa Saja Usung Tri Risma-Grace Natalie di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:56

Bea Cukai Bantah Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:37

Pansel Belum Terbentuk, Yenti: Niat Memperkuat KPK Gak Sih?

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:35

Polri: Gembong Narkoba Fredy Pratama Kehabisan Modal

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:08

Selengkapnya