Berita

Aparat menghalangi media untuk meliput/Net

Dunia

Pandemi Covid-19, Trik China Halangi Kerja Pers

SENIN, 01 MARET 2021 | 17:16 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Klub Koresponden Asing China atau The Foreign Correspondents 'Club of China (FCCC)  mengeluarkan laporan yang cukup mengejutkan. Kelompok pers itu mengatakan pada Senin (1/3) bahwa China menggunakan alasan pandemi Covid-19 sebagai cara untuk mengendalikan jurnalis asing.

China telah mencatat keberhasilannya sebagai negara yang mampu mengendalikan Covid-9 dengan sangat cepat dan efektif. Pergerakan kembali terlihat, orang-orang sudah kembali melakukan aktifitasnya dan ekonomi di negara itu kembali membaik. Namun begitu, China tetap menerapkan aturan ketat untuk penanganan Covid-19 agar wabah tidak terulang lagi, terutama di beberapa wilayah angka kasus kembali bengkit.

FCCC memandang, aturan yang diterapkan China itu hanya untuk membatasi gerak wartawan. Banyak wartawan yang diminta pergi, meninggalkan perjalanan reportasenya di negara itu atau malah disuruh melakukan karantina.

"Media asing berulang kali dihalangi dalam upaya mereka untuk menutupi pandemi," kata The Foreign Correspondents 'Club of China (FCCC) dalam laporan tahunannya, seperti dikutip dari Reuters. "China telah menggunakan pandemi sebagai cara lain untuk mengendalikan jurnalis."

Nyaris hampir setengah dari jurnalis yang datang ke negara itu untuk peliputan mengatakan akses mereka ditutup atau dipaksa pergi dengan alasan pembatasan Covid-19 dan hal lain terkait kesehatan dan keselamatan, padahal para jurnalis tidak menunjukkan risiko atau bebas dari Covid-19.

FCCC mengatakan jurnalis diminta untuk mematuhi langkah-langkah yang tidak berlaku bagi orang lain. Pos pemeriksaan virus corona dan aplikasi pelacakan kontak justru menjadi peluang bagi otoritas China untuk mengumpulkan data dan mengawasi jurnalis asing dan narasumber mereka.

Staf medis di pusat kota Wuhan - tempat Covid-19 pertama kali muncul - diinterogasi oleh pihak berwenang atau diperingatkan agar tidak menerima wawancara, kata sebagian wartawan.

Wartawan bahkan menjadi 'pelampiasan' kemaahan China ketika hubungan antara China dan beberapa negara barat memburuk, di mana akhirnya terjadi'pengusiran jurnalis asing terbesar.

"Bahkan terbesar  sejak pembantaian Lapangan Tiananmen lebih dari tiga dekade lalu pada tahun 2020," kata FCCC.

Bukan itu saja, sejak September 2020, pihak berwenang berhenti mengeluarkan kartu pers baru kepada koresponden organisasi berita AS, karena hubungan yang memburuk antara kedua negara.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Ini Kronologi Perkelahian Anggota Brimob Vs TNI AL di Sorong

Minggu, 14 April 2024 | 21:59

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Mau Perang Tapi Kere, Bagaimana?

Senin, 15 April 2024 | 12:34

UPDATE

Zita Anjani Masuk Pertimbangan PAN Maju Pilkada Jakarta

Selasa, 23 April 2024 | 18:04

Muhidin dan Hasnur Mantap Maju Pilkada Kalsel dengan Restu Haji Isam

Selasa, 23 April 2024 | 18:04

Selain Hapus Bayang-bayang Jokowi, Prabowo Lebih Untung Jika Bertemu Megawati

Selasa, 23 April 2024 | 17:51

283 Mayat Ditemukan Membusuk di RS Nasser Gaza

Selasa, 23 April 2024 | 17:38

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, Kosgoro 1957: Tuduhan Politisasi Bansos Tidak Berdasar

Selasa, 23 April 2024 | 17:36

Hari Nelayan, MIND ID Dukung Masyarakat Pesisir Tingkatkan Perekonomian

Selasa, 23 April 2024 | 17:20

3 Faktor yang Bikin Golkar Kota Bogor Dilirik Banyak Calon Wali Kota

Selasa, 23 April 2024 | 17:19

Begini Respons Gibran Dianggap Bukan Kader PDIP Lagi

Selasa, 23 April 2024 | 16:57

Senjata Baru Iran Diklaim Mampu Hancurkan Jet Siluman AS

Selasa, 23 April 2024 | 16:54

Pascaputusan MK, Semua Elemen Bangsa Harus Kembali Bergandengan Tangan

Selasa, 23 April 2024 | 16:37

Selengkapnya