Berita

Kapal mata-mata USS Pueblo yang dijadikan museum oleh Korea Utara/Net

Dunia

Pengadilan AS Tuntut Korut Ganti Rugi Atas Penahanan Puluhan Awak Kapal Mata-mata 1968

JUMAT, 26 FEBRUARI 2021 | 12:58 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Pengadilan Amerika Serikat (AS) menuntut Pyongyang membayar kompensasi kepada awak dan keluarga kapal mata-mata USS Pueblo yang dianiaya selama 11 bulan pada 1968, setelah ditangkap oleh angkatan laut Korea Utara.

Pengadilan federal Washington mengatakan, Korea Utara berhutang dua kali lipat ganti rugi atas kurungan dan penderitaan para awak dan anggota keluarga mereka sebesar 1,15 miliar dolar AS.

Dalam putusan terakhirnya pada Rabu (24/2), pengadilan menyatakan ganti rugi sebesar 22 juta hingga 48 juta dolar AS kepada masingjmasing 49 awak yang selamat, dan jumlah yang lebih kecil untuk sekitar 100 anggota keluarga.


Pihak yang ditunjuk pemerintah untuk menangani kasus tersebut, Alan Balaran mengatakan nantinya ganti rugi akan dibagikan, sesuai mereka yang menderita efek samping jangka panjang, baik psikologis maupun fisik.

Lantaran menurut Balaran, hampir semua awak membutuhkan intervensi medis dan psikiatri setelah insiden tersebut.

"Banyak yang telah menjalani prosedur bedah invasif untuk memperbaiki kerusakan fisik akibat penyiksaan tanpa henti yang mereka alami sebagai tahanan," ujar Balaran, seperti dikutip AFP.

"Beberapa telah mencoba untuk menghilangkan rasa sakit mereka melalui alkohol dan obat-obatan, dan sebagian besar telah melihat kehidupan rumah tangga dan/atau profesional mereka memburuk. Beberapa telah berpikir untuk bunuh diri," lanjutnya.

Gugatan terhadap Pyongyang sendiri baru diajukan pada 2018, setelah Departemen Kehakiman AS memutuskan pemerintah asing dapat dituntut jika mereka telah ditunjuk sebagai sponsor negara untuk terorisme internasional.

Sementara pada akhir 2017, pemerintahan Trump secara resmi menyatakan Korea Utara sebagai sponsor teror.

Pada 23 Januari 1968, USS Pueblo ditangkap oleh Korea Utara ketika melakukan pelayaran sebagai kapal mata-mata Angkatan Laut AS dengan kedok kapal penelitian lingkungan.

Pyongyang menyebut Pueblo berada di perairan Korea Utara ketika ditangkap, namun dibantah Washington.

Washington mengatakan, ketika itu AS tengah terperosok akibat perang di Vietnam, dan operator Korea Utara berusaha memasuki Korea Selatan untuk mencoba membunuh Presiden Park Chung-hee. Upaya itu gagal, tetapi sejumlah warga Korea Selatan tewas.

Sebanyak 83 awak ditahan oleh Korea Utara, dan salah satunya dibunuh. Mereka dilaporkan mengalmi pelecehan mental dan fisik sebelum dibebaskan pada Desember  1968, setelah proses negosiasi panjang.

Pyongyang sendiri masih menahan Pueblo dan menjadikannya sebagai museum. Meski Angkatan Laut AS masih mempertahankannya di daftar kapal aktifnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya