Berita

Aksi protes di Myanmar untuk menolak kudeta militer/Net

Dunia

Tekan Junta Militer, Publik Indonesia Bisa Dorong Boikot Produk Myanmar

SENIN, 15 FEBRUARI 2021 | 17:14 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Dengan prinsip non-intervensi yang termaktub dalam Piagam ASEAN, negara-negara anggota tidak dapat campur tangan terhadap urusan dalam negeri negara lain.

Prinsip tersebut membuat ASEAN pada akhirnya menjadi pasif dalam menanggapi situasi di Myanmar saat ini. Alhasil, jika akhirnya ASEAN tidak dapat memberikan kontribusi, maka kewibawaannya akan terpengaruh.

Namun ada cara lain yang dapat dilakukan oleh negara-negara ASEAN untuk memberikan tanggapan atas situasi di Myanmar saat ini.


Menurut dosen hubungan internasional dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Rahmi Fitriyanti, negara-negara ASEAN dapat mengandalkan sektor swasta, seperti ormas dan perusahaan untuk memberikan tanggapan.

Secara khusus, Rahmi mengatakan, Indonesia memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan pengaruh di kawasan jika berhasil menangani situasi di Myanmar. Salah satunya adalah boikot produk yang diekspor oleh militer Myanmar untuk memberikan tekanan.

"Meskipun ekspor Indonesia ke Myanmar tidak sebesar ke Thailand, Myanmar lebih banyak mengekspor ke Indonesia. Secara sepihak, Indonesia bisa memboikot produk-produk Myanmar," ujarnya dalam RMOL World View bertajuk "Ketar-Ketir Kudeta Militer Di Myanmar" pada Senin (15/2).

Boikot sendiri bukan dilakukan oleh pemerintah, tetapi publik atau masyarakat. Lebih lanjut, publik juga dapat menggalang dukungan untuk memboikot produk Myanmar dari negara-negara tetangga.

"Karena militer Myanmar punya perusahaan militer. Jadi memboikot produk-produk yang diekspor oleh perusahaan militer akan menekan," sambungnya.

Selain boikot, Indonesia juga dapat mendorong komunitas internasional untuk memberikan tanggapan atas situasi di Myanmar.

Secara khusus, Rahmi menyebut Indonesia dapat memanfaatkan pemerintahan Amerika Serikat (AS) saat ini yang dipegang oleh Presiden Joe Biden.

Dengan prinsip Partai Demokrat yang fokus pada isu-isu HAM, maka Indonesia dapat menyuarakan AS untuk lebih bisa menekan militer Myanmar.

Selain kepada AS, Indonesia juga dapat membawa isu Myanmar di Dewan Keamanan PBB. Namun, Rahmi menyebut terdapat China dan Rusia yang memiliki hak veto dan tampaknya memberikan dukungan kepada militer Myanmar.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya