Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Fakta Baru, Milisi Houthi Rekrut Paksa Sepuluh Ribu Anak Sebagai Pasukan Sejak 2014

SABTU, 13 FEBRUARI 2021 | 10:20 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Di tengah rencana Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang secara resmi akan menghapus milisi Houthi yang didukung Iran dan para pemimpinnya dari daftar teroris Amerika Serikat, muncul sebuah laporan mengejutkan dari kelompok pemantau HAM tentang bagaimana mereka melibatkan anak-anak dalam misinya.

Laporan itu datang dari Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania dan SAM untuk Hak dan Kebebasan.

Dalam laporannya yang diterbitkan pada 12 Februari lalu, mereka mengatakan bahwa milisi Houthi di Yaman telah secara paksa merekrut 10.300 anak di Yaman sejak 2014.


Modusnya, kelompok militan yang didukung Iran itu menggunakan sekolah dan fasilitas pendidikan untuk memikat anak di bawah umur, untuk kemudian direkrut menjadi anggota mereka.

Houthi memaksa anak-anak ikut dalam program ideologis terlebih dahulu, setelah itu mereka dimasukkan ke kamp pelatihan militer untuk menghadiri kursus selama satu bulan. Anak-anak yang sudah terlatih akan ditempatkan di daerah bermusuhan di bawah kendalinya di Yaman, menurut laporan itu.

“Kelompok tersebut menggunakan sistem pendidikan yang menghasut kekerasan dan mengajarkan ideologi kelompok melalui ceramah khusus di dalam fasilitas pendidikan resmi untuk mengisi siswa dengan gagasan ekstremis dan mendorong mereka untuk bergabung dalam perjuangan untuk mendukung aksi militer kelompok tersebut,” tulis laporan yang dirilis bertepatan dengan 'Hari Internasional Menentang Penggunaan Prajurit Anak' (juga dikenal sebagai Hari Tangan Merah), seperti dikutip dari Al-Arabiya, Sabtu (13/2).

Dalam tiga tahun terakhir, menurut laporan tersebut, Houthi telah menjalankan kampanye terbuka dan wajib untuk merekrut anak-anak. Secara khusus, kelompok militan itu telah membuka 52 kamp pelatihan untuk ribuan remaja dan anak-anak di Saada, Sanaa, al-Mahwit, Hodeidah, Tihama, Hajjah dan Dhamar.

"Houthi secara khusus menargetkan anak-anak berusia 10 tahun atau lebih," menurut laporan itu.

Seorang anak berusia 14 tahun, yang diidentifikasi sebagai HA menceritakan pengalamannya selama ikut berjuang bersama Houthi di Nihm.

“Saya ditugaskan untuk memuat senjata dan mengangkutnya dengan bahan makanan ke daerah yang tinggi dan terjal. Itu sulit dan melelahkan," akunya.

"Saya sering dipukuli dan ditegur ketika saya datang terlambat. Saya banyak menangis selama malam-malam itu, mengkhawatirkan hidup saya dan karena merindukan ibu, ayah, dan saudara laki-laki saya," kenang anak itu.

Perekrutan anak adalah kejahatan perang menurut Statuta Roma dari Pengadilan Kriminal Internasional.

Anas Jerjawi, Direktur Regional Euro-Med Monitor MENA mengatakan apa yang dilakukan kelompok Houthi sangat meresahkan.

“Apa yang lebih meresahkan tidak hanya melibatkan anak-anak dalam operasi militer tetapi memberi makan pikiran sederhana mereka dengan ide-ide ekstremis dan mengisinya dengan ujaran kebencian dan kekerasan," kata Jerjawi.

"Dengan demikian menciptakan ekstremis masa depan yang mungkin tidak mudah dikendalikan mengingat jumlah yang besar dari kelompok tersebut. merekrut atau bertujuan untuk merekrut di masa mendatang," lanjutnya.

Houthi telah meningkatkan serangan teror mereka di Arab Saudi dalam seminggu terakhir, mereka mengklaim bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak di pesawat sipil di bandara Abha Arab Saudi pada hari Kamis lalu.

Di hari yang sama, mereka juga meluncurkan pesawat tak berawak bermuatan bom dan rudal balistik yang berhasil dicegat oleh Koalisi Arab.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya