Menteri Intelijen Iran Mahmoud Alavi/Net
Iran mengatakan bahwa pemerintahannya sanggup membuat Barat bagai 'kucing yang terpojok'. Tekanan yang dilancarkan Barat secara terus menerus terkait program nuklirnya -sementara sanksi AS terhadap Teheran belum juga dicabut- akan mendorong Iran jauh lebih garang untuk melawan.
Iran, dalam pernyataannya mengatakan, mereka tidak berniat untuk mengembangkan nuklirnya. Sesuai apa yang diamanatkan oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang melarang pengembangan atau penggunaan senjata nuklir.
"Pemimpin Tertinggi telah secara eksplisit mengatakan dalam fatwanya bahwa senjata nuklir bertentangan dengan hukum syariah dan Republik Islam melihat mereka sebagai dilarang secara agama dan tidak mengejarnya," kata Menteri Intelijen Iran Mahmoud Alavi, kepada TV pemerintah, seperti dikutip dari
Jerusalem Post.
Seandainya pun ada pengembangan nuklir, tentunya itu untuk tujuan damai lainnya. Namun, semakin Iran menolak tuduhan Barat, semakin gencar negara-negara itu menekan Iran.
Alavi mengatakan, Iran telah diduga memiliki kepentingan dalam senjata nuklir, yang selama ini dikejar-kejar oleh Barat. Badan intelijen AS dan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meyakini bahwa Iran pernah memiliki program senjata nuklir yang dihentikan.
Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya yang awalnya menandatangani kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran berada pada jalan buntu mengenai pihak mana yang harus kembali ke kesepakatan terlebih dahulu. Jalan buntu itu yang menjadkan sanksi AS terhadap Iran semakin berlarut dan tidak segera dihapus.