Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

AS Makin Mantap Cabut Keputusan Trump Soal Penunjukkan Houthi Sebagai Kelompok Teroris

SABTU, 06 FEBRUARI 2021 | 12:02 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Amerika Serikat kembali menimbang untuk menganulir kebijakan luar negeri mantan Presiden AS Donald Trump. Kali ini AS bermaksud untuk mencabut sebutan teroris untuk gerakan Houthi Yaman sebagai tanggapan atas krisis kemanusiaan yang terjadi negara itu.

Hal itu disampaikan pejabat yang mengetahui masalah tersebut, dalam keterangannya yang dilaporkan Reuters, Jumat (5/2).

"Setelah peninjauan menyeluruh, kami dapat mengonfirmasi bahwa Sekretaris bermaksud untuk mencabut Organisasi Teroris Asing dan penunjukan Teroris Global yang ditunjuk khusus untuk Ansarallah," kata pejabat itu menggunakan nama lain untuk Houthi.


"Tindakan kami sepenuhnya karena konsekuensi kemanusiaan dari penunjukan pada menit-menit terakhir ini dari pemerintahan sebelumnya, yang oleh PBB dan organisasi kemanusiaan sejak itu jelaskan akan mempercepat krisis kemanusiaan terburuk di dunia," lanjutnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri telah menggambarkan apa yang terjadi di Yaman saat ini, sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia, dengan 80 persen rakyatnya membutuhkan pertolongan.

Houthi ditetapkan ke dalam dafar hitam Amerika oleh mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada 19 Januari lalu, sehari sebelum Joe Biden menjabat sebagai presiden.

Meskipun dalam keputusannya, pemerintahan Trump mengecualikan kelompok bantuan, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Palang Merah, dan ekspor komoditas pertanian, obat-obatan, serta peralatan medis.

Menteri Luar Negeri yang baru dilantik Antony Blinken, pernah mengatakan di hari pertama bertugas, bahwa dia sedang mempelajari penetapan pemberontak Houthi sebagai organisasi teroris yang diberlakukan oleh pendahulunya Mike Pompeo.

Ia mengatakan sangat prihatin dengan sebutan 'organisasi teroris asing' untuk Houthi yang didukung Iran itu. Keputusan Pompeo itu dianggap akan memperburuk  apa yang sudah menjadi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya