Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Serangan Belum Berhenti, China Keluarkan Peringatan Waspada Untuk Siswanya Di Australia

SABTU, 06 FEBRUARI 2021 | 09:42 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Hingga kini, situasi pandemi dan ketegangan antara China dan Australia belum juga mereda. Hal itu berimbas tak hanya pada tingkat perdagangan dan hubungan politik, tapi juga pada sektor pendidikan.

Itu juga yang menjadi alasan Kementerian Pendidikan China (MOE) kembali mengeluarkan peringatan terbaru untuk warganya yang belajar di Australia.

Dalam pengumumannya, MOE pada Jumat (5/2) mengingatkan agar para pelajar China membuat penilaian risiko penuh, dan benar-benar mempertimbangkan dengan hati-hati keputusan apakah akan kembali ke Australia atau tidak.

Mereka menilai, sejumlah ancaman dan serangkaian serangan bisa menjadi masalah serius bagi para siswa asal Tiongkok yang menempuh pendidikan di Australia. Selain itu, pandemi yang belum mereda juga membuat perjalanan internasional berisiko.  

Ini menjadi pukulan terbaru bagi Australia dari China. Mereka sekali lagi menjadi negara pertama yang mendapat peringatan dari negara tersebut di 2021, setelah sebelumnya peringatan serupa dikeluarkan pada Juni 2020 lalu.

Para ahli mengatakan, langkah tersebut adalah hasil nyata dari hubungan China-Australia baru-baru ini yang telah diracuni oleh pemerintah Australia dan medianya.

"Serangan terus menerus pemerintah Australia terhadap China, yang digaungkan oleh media, terutama setelah pandemi Covid-19, telah menyesatkan orang-orang Australia lokal untuk menimbulkan permusuhan terhadap China," kata Chen Hong, direktur Pusat Studi Australia di East China Normal University di Shanghai, seperti dikutip dari GT, Jumat (5/2).

Sementara, Asosiasi Pendidikan China untuk Pertukaran Internasional dalam laporannya mengatakan, ada semakin banyak laporan tentang pelajar China yang dianiaya dan dipukuli di Australia, yang sepertinya disebabkan oleh perbedaan ras.

Secara khusus, ada laporan seperti itu selama tiga hari berturut-turut di bulan Januari. Serangan tersebut termasuk pelecehan fisik dan penghinaan verbal seperti menggunakan kata-kata rasis seperti 'chigga'.

"Masalah diskriminasi yang memburuk yang dihadapi siswa China di Australia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan," kata Chen.

Dia mengatakan bahwa dapat diramalkan bahwa pihak Australia mungkin akan membela diri dengan mengatakan bahwa laporan serangan anti-China hanya kasus-kasus yang terisolasi di negara itu, dan menuduh China bereaksi berlebihan, seperti yang terjadi setelah China mengeluarkan peringatan pada Juni 2020. .

Pakar pendidikan menyatakan dukungan untuk peringatan MOE, dengan mengatakan bahwa pembatasan perjalanan dan kebijakan China yang tidak bersahabat, serta ketidakpastian lainnya, telah membawa tekanan psikologis kepada siswa China.

Qin Lin, seorang rekan peneliti di Institut Ilmu Pendidikan Nasional China, mengatakan bahwa ada alternatif lain yang dapat dipilih siswa untuk belajar di luar negeri, seperti Inggris dan Kanada.

Dia mengatakan jumlah siswa yang pergi ke Australia menurun tajam pada tahun 2020 dan diperkirakan tidak akan banyak meningkat pada tahun 2021.

China merupakan sumber siswa internasional terbesar di Australia. Data yang dirilis oleh Departemen Dalam Negeri Australia pada 2020 menunjukkan, bahwa lebih dari 220.000 pelajar China terdaftar di Australia.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya