Berita

Fernando dan ayahnya yang terancam berpisah untuk ketiga kalinya/Net

Dunia

Kisah Sedih Bocah 9 Tahun Yang Minta Joe Biden Tidak Deportasi Ayahnya

KAMIS, 04 FEBRUARI 2021 | 13:54 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Fernando Ochoa, bocah 9 tahun, berdiri di luar pengadilan imigrasi pada Rabu (3/2). Ia memberikan surat sepucuk surat kepada pengacaranya untuk disampaikan kepada Presiden AS, Joe Biden. Dalam surat berbahasa Spanyol itu, Fernando berharap belah kasih Biden untuk tidak memenjarakan ayahnya, apalagi sampai harus dideportasi ke Guatemala.

"Dari hati terdalam saya berharap Anda membiarkan ayah saya pergi dengan bebas,"  isi surat Fernando seperti dikutip dari NBC News, Kamis (4/2).

Fernando tidak ingin dipisahkan lagi dari ayahnya untuk yang ketiga kali. Ia merasa harus berjuang agar ayahnya tidak dideportasi lagi. Ia tahu bahwa Joe Biden telah memberlakukan memorandum deportasi 100 hari dan membentuk satuan tugas reunifikasi keluarga. Untuk itu ia sangat berharap kebaikan hati sang presiden.

Dua tahun lalu saat ia masih berusia 6 tahun, ayahnya Ubaldo Ochoa Lopez, membawanya melarikan diri dari Guatemala untuk mencari suaka di AS. Tapi ternyata, otoritas imigrasi memisahkannya dari sang ayah.
Fernando menjadi satu dari setidaknya 2.800 anak migran yang dipisahkan dari orang tua mereka pada tahun 2018 sebagai bagian dari kebijakan 'tanpa toleransi' yang diterapkan Donald Trump untuk mencegah migran mencari suaka.

Itu adalah peristiwa yang memilukan yang menciptakan trauma bagi bocah laki-laki itu.

"Ubaldo bahkan tidak bisa menghubungi Fernando. Jadi, 35 hari tanpa kontak itu, tidak tahu apa yang terjadi, sangat traumatis bagi mereka berdua," kata Andani Alcantara, kuasa hukum mereka. dalam konferensi pers hari Rabu (3/2).

Dua bulan kemudian, Fernando dan ayahnya dipertemukan kembali. Ayahnya kemudian melanjutkan upaya hukum untuk mendapatkan suaka. Sayangnya, ayahnya kembali ditahan oleh Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE) karena mengemudi saat mabuk.  Fernando pun terpisah lagi dari ayahnya.

Alcantara mengatakan, hukuman itu terlalu dibuat-buat, hanya agar Ubaldo bersama anaknya tidak bisa inggal di AS.

Kelompok advokasi hak-hak imigran Texas RAICES telah membantu Fernando dengan kasus suaka sambil mendesak ICE untuk menyatukannya kembali dengan ayahnya.

"Jika itu orang lain, seseorang yang lahir di negara ini, jika dia orang lain, mungkin dia akan kembali dengan putranya, tapi dia bukan. Dia dihukum dua kali untuk sesuatu yang sudah terjadi - bahkan setelah apa yang kita, sebagai sebuah negara, yang mengambil anaknya," kata Andiola.

Dalam surat panjangnya kepada Biden, Fernando meminta ketulusan sang presiden untuk membantunya yang sedang sangat sedih.

"Saya merasa sangat sedih untuk ayah saya, yang tidak bisa bersama saya. Itu membuat saya sangat sedih melihat orang tua lain bermain dengan anak-anak mereka karena saya tidak bisa bermain dengan ayah saya atau menerima pelukan dari ayah saya."

Alcantara mengatakan dia telah berulang kali meminta ICE untuk pembebasan Ochoa Lopez.
 
"ICE memiliki keleluasaan untuk mengeluarkan siapa pun dari tahanan, tetapi mereka memilih untuk tidak melakukannya," katanya. "Itu merugikan anaknya (Fernando) yang berusia 9 tahun, yang menangis di telepon saat bicara denga ayahnya yang sudah lama tidak bertemu."

KIni, ayah dan anak itu dalam keadaan sedih, setelah trauma perpisahan sebelumnya, kini harus kembali mengulang perpisahan lagi dengan ancaman deportasi.

"Jika Ubaldo dikirim kembali ke Guatemala, maka Fernando ditinggalkan di sini tanpa orang tua. Sejarah pemisahan paksa yang sebelumnya dilakukan oleh pemerintah terhadap ayah dan anak ini telah sangat membuatnya trauma," ujar pengacara.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya